Seputar Blora


Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si membuka Festival Kelor Blora 2018 di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Jumat (27/7/2018). Acara itu diharapkan bisa menginspirasi dunia. Dalam festival ini dipamerkan berbagai macam aneka produk olahan kelor terbaik di dunia.

Ratusan keloris atau pengolah tanaman kelor yang tersebar di seluruh pelosok nusantara datang dalam acara ini dan memamerkan seluruh hasil inovasi mereka. Jika dahulu mereka ke Puri Kelorina untuk belajar mengolah tanaman kelor, kini mereka kembali lagi untuk menunjukkan hasil inovasinya untuk mengikuti festival.

Beberapa jenis olahan kelor (moringa-red) yang dipamerkan adalah teh kelor, minyak kelor, tepung kelor, kosmetik berbahan dasar tepung kelor, serta berbagai jenis olahan makanan berbahan dasar kelor seperti mie ayam kelor, moringa shake jahe secang, kue kelor, coklat kelor, hingga kapsul kelor yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh.

Beny, salah satu keloris asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hadir di Festival Kelor Blora 2018 mengaku dirinya sudah berada di Blora sejak tiga hari lalu. Ia sengaja datang lagi ke Puri Kelorina untuk mengikuti festival dan memperdalam ilmu dalam pengolahan tanaman kelor.

“Kelor di NTT merupakan tanaman liar dan tingginya sama halnya dengan pohon jati kalau di Blora. Awalnya belum banyak yang tahu khasiat kelor. Namun sejak saya belajar dengan Pak Dudi, kini sudah berjalan lima tahun menjalankan usaha kelor di Kupang,” ucap Beny.

Dirinya mengolah tanaman kelor untuk pengobatan penyakit. Menurutnya tepung kelor yang dikemas dalam bentuk kapsul memiliki banyak manfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mengobati beragam jenis penyakit.

Ir. Ai Dudi Krisnadi selaku owner PT. Moringa Indonesia dan pemilik Puri Kelorina Desa Ngawenombo yang memprakarsai pelaksanaan festival mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya sekedar pameran produk olahan tanaman kelor saja.

“Selama festival hingga 31 Juli nanti sejumlah kegiatan akan dilaksanakan. Diantaranya Demo cara pembuatan makanan dan minuman dari tanaman kelor, Demo membuat kosmetik dari minyak biji kelor, Temu Usaha Keloris Nusantara, Seminar Moringa in Advance “Khasiat dan Manfaat Kelor”, Seminar Bisnis Kelor, serta Kunjungan ke Kebun Kelor Organik hingga melihat pengolahannya. Silahkan datang,” ucapnya, di sela pembukaan festival.

Menurut Kang Dudi (panggilan akrabnya), salah satu latar belakang pengembangan tanaman kelor olehnya adalah gizi buruk. Dimana di Indonesia masih banyak anak-anak yang mengalami kekurangan gizi untuk tumbuh kembangnya. Padahal 2030 nanti Indonesia mengalami bonus demografi.

“Agar generasi Indonesia bisa tumbuh sehat dan pintar, kami kenalkan pada tanaman kelor ini. Kelor yang hanya sebagai tanaman liar untuk pakan ternak di Sulawesi dan Nusa Tenggara, serta dianggap tanaman dengan khasiat mistis di wilayah Jawa, ternyata mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Kami ingin berawal dari Blora ini, dunia akan tahu begitu besarnya khasiat kelor. Karena ini merupakan festival produk kelorina tingkat nasional yang pertama di Indonesia,” lanjut Kang Dudi.

Ia mengungkapkan sudah banyak pengunjung dari mancanegara yang datang ke Puri Kelorina miliknya untuk belajar menanam dan mengolah tanaman kelor. Dirinya juga mengekspor tepung kelor ke berbagai negara di Timur Tengah dan Eropa. Bahkan pernah ditawari menjadi keloris di Malaysia, namun ia menolaknya dan memilih Blora sebagai tempat tinggalnya.

Wakil Bupati Blora dalam sambutannya ketika membuka festival, mengaku senang dan bangga atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya ini merupakan gebrakan luar biasa di Kabupaten Blora yang selama ini hanya terkenal dengan jatinya. Ia berharap kedepan kelor bisa menjadi salah satu ikon Blora yang mendunia.

“Kami mewakili Bapak Bupati sangat mengapresiasi terselenggaranya Festival Kelor 2018 ini. Terimakasih kepada Pak Dudi yang sudah mewujudkan mimpi besarnya mengharumkan nama Blora melalui tanaman kelor. Dari beliau ini sudah lahir banyak keloris yang kini menyebar di Indonesia bahkan dunia,” ujar H.Arief Rohman M.Si.

Desa Ngawenombo yang dahulu tertinggal dan letaknya pelosok, kini juga sudah berkembang. Banyak masyarakat bekerja dan berkecimpung di dunia perkeloran.

“Akses jalan menuju Puri Kelorina sudah kita bangun sehingga seluruh tamu dari berbagai penjuru bisa datang dengan nyaman. Tolong nanti Pak Camat bisa mengusahakan pemasangan plang penunjuk arah agar lebih banyak lagi yang tahu kalau di Desa Ngawenombo ini ada Puri Kelorina,” sambungnya.

Berawal dari festival ini, menurut Wakil Bupati, kedepan produk-produk kelor yang dihasilkan di Blora patut untuk dipamerkan ke berbagai ajang expo di kota-kota besar Indonesia.

“Agar produk kelor Blora bisa dikenal luas, nanti Pak Dudi kita ajak keliling mengikuti pameran,” pungkasnya.

Hadir dalam acara tersebut jajaran Forkopimcam Kunduran, mahasiswa IPB Bogor yang sedang melaksanakan KKN di Desa Ngawenombo, serta para tamu undangan dan masyarakat umum. (Dinkominfo Kab. Blora/Tim).

    Berita Terbaru

    Apel Siaga : Bentuk Kesiapsiagaan Jajaran Pengawas di Pemilihan Serentak 2024
    23 November 2024 Jam 12:20:00

    Apel Siaga, Bentuk Kesiapsiagaan Jajaran Pengawas di Pemilihan Serentak 2024 Badan Pengawas...

    Peringati HUT ke-25 : DWP Dinkominfo Blora Gelar Lomba Fashion Show Berkebaya
    22 November 2024 Jam 15:04:00

    Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten...

    Jelang Pilkada 2024, Pemkab Blora Gelar Apel Netralitas Bagi Aparatur Negara
    22 November 2024 Jam 13:17:00

    Sebagai bentuk komitmen dalam menjaga netralitas Aparatur Negara pada Pilkada Serentak 2024,...