Ratusan desa di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah mulai meraskan dampak kekeringan musim kemarau. Mensikapi hal itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blorta menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang kesulitan air.
Kepala Pelaksana (kalak) BPBD Blora Sri Rahayu mengemukakan bantuan air disalurkan secara bertahap sesuai dengan usulan daerah yang rawan kekeringan. Kali pertama air bersih disalurkan ke Desa Doplang, Kecamatan Jati.
Ia menjelasnkan, masyarakat sangat antusias mengambil air bersih yang disalurkan dari truk tangki suplai air BPBD Blora. Air satu tanki langsung habis diserbu warga hanya beberapa waktu saja.
“Karena musim kemarau sudah tiba, dan sudah banyak desa yang melaporkan kekurangan air ke BPBD. Maka kami salurkan bantuan ke desa-desa yang kekeringan. Hari pertama ini kita menyasar ke Kecamatan Jati,” ujar Sri Rahayu, kemarin.
Penyaluran air bersih, kata dia, mulai dilaksanakan BPBD Blora mulai awal bulan Agustus 2018 dengan menyasar beberapa desa yang ada di wilayah Blora Selatan.
Berdasarkan data yang diterima dari BPBD Blora, setidaknya sudah ada delapan desa yang diberikan bantuan air bersih.
Pihaknya meminta agar seluruh Kepala Desa / Kelurahan di Kabupaten Blora bisa melaporkan ke BPBD jika wilayahnya terjadi kekeringan atau kesulitan air bersih. Sebab, seluruh bantuan air bersih dikoordinir oleh BPBD.
“Diperkirakan puncak musim kemarau di Kabupaten Blora adalah pertengahan Agustus ini hingga bulan September nanti,” kata Sri Rahayu.
Beberapa desa yang sudah diberikan bantuan air bersih pada awal bulan Agustus 2018 di antaranya Desa Doplang 3 truk tangki, Desa Jegong 3 truk tanki, Desa Jati 3 tangki (Kecamatan Jati), dan Desa Klopoduwur (Kecamatan Banjarejo) sebanyak 1 tangki.
Menyusul penyaluran bantuan air bersih ke Desa Singget 3 tangki, Desa Gabusan 3 tangki, Desa Tobo 3 tangki, Desa Gempol 3 tangki, kesemuanya di Kecamatan Jati.
Pihaknya menilai, Kecamatan Jati terparah kekeringan setiap tahun di Kabupaten Blora.
“Karena armada di BPBD Blora terbatas, hanya 3 truk. Sehingga penyaluran bantuan air bersih dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan,” tandasnya.
Ia tidak menampik jika ada organisasi atau lembaga lainnya yang peduli ikut membatu air bersih ke wilayah desa yang mengalami kekeringan.
Masih menurut Sri Rahayu, jumlah desa di Blora yang mengalami dampak kekeringan terus meningkat. Hingga awal Agustus ini, terdata sudah ada 146 desa di 14 kecamatan yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
“Sehingga, dengan kondisi ini, kita sudah tetapkan status darurat bencana kekeringan. Penetapan status ini dilakukan menyusul makin banyaknya jumlah desa yang dilanda kekeringan,” jelasnya.
Ia menambahkan, untuk penanganan bencana kekeringan tahun ini, sudah dialokasikan anggaran sekitar Rp 500 juta. Dana ini disiapkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan penanganan bencana kekeringan, khususnya droping air bersih pada masyarakat. (Dinkominfo Kab Blora/Tim).