Penerapan teknologi ramah lingkungan atau Carbon Capture and Storage (CCS) telah siap dilaksanakan di Kabupaten Blora guna mengurangi efek rumah kaca dan mencegah pemanasan global dengan cara tangkap, angkut, dan simpan gas karbon.
Proses sosialisasi program itu dilaksanakan sejak 3 Agustus 2016, kemudian dilanjutkan dengan survey lapangan pada bulan Maret 2017.
Kesiapan itu ditandai dengan adanya pelaksanaan The 14'th Symposium on CCS di Grha Oktana Kampus STEM Akamigas Cepu, Sabtu (5/8/2017) yang diikuti ratusan akademisi dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi permigasan baik dalam maupun luar negeri.
Hadir dalam simposium tersebut Direktur Proyek CCS Indonesia Prof. Wawan Gunawan A Kadir yang tidak lain adalah wakil rektor ITB Bandung, lalu Dr. Toru Takahashi dari Fukuda Geological Institute Jepang, Mr. Isamu Kuboki dari JICA Jepang, Bupati Djoko Nugroho, Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si, Ketua STEM Akamigas Prof Dr. RY Perry Burhan M.Sc dan pejabat OPD terkait.
Prof. Wawan Gunawan A Kadir selaku direktur proyek CCS mengatakan bahwa setelah melaksanakan simposium, seluruh peserta diajak untuk meninjau langsung lokasi penanaman gas karbon hasil penangkapan dari Blok Gundih di Sumur Jepon-01, sekaligus meninjau lapangan migas pertama di Indonesia yang ada di Desa Ledok Kecamatan Sambong, Minggu (6/8).
“Setelah seharian mengikuti simposium, seluruh peserta langsung kami ajak meninjau lokasi penanaman gas karbon. Semuanya berjalan lancar dan antusias dengan teknologi CCS. Semoga bisa mengurangi pemanasan global yang diakibatkan efek rumah kaca,” ucapnya.
Menurutnya, program CCS ini akan digunakan untuk menangkap karbon dari pembuangan industri migas Blok Gundih yang ada di Kecamatan Kradenan. Proyek didanai oleh Asian Development Bank (ADB).
“Gas karbon yang dibuang dengan cara dibakar itu akan kita tangkap agar tidak memperparah pemanasan global, lalu kita tanam ke sumur bawah tanah. Yang asalnya dari bumi, kita injeksikan lagi ke dalam bumi sehingga pencemaran bisa berkurang. Rencananya gas karbon dari Gundih tersebut akan kita tanam di sumur Jepon-01,” ujar Prof Wawan.
Ia membenarkan jika proyek ini baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil wilayah Blora sebagai pilot project percontohannya.
“Se ASEAN, baru ini yang akan dilaksanakan. Singapura juga sedang akan merintis. Sedangkan di Asia, Jepang yang pertama kali menerapkan sejak 2004. China juga sedang melaksanakan. Semoga saja kita tidak disalip China,” lanjut Prof Wawan.
Dirinya menjelaskan, masalah pemanasan global kini sudah menjadi masalah dunia, tidak hanya maasalah Indonesia saja. Jika gas karbon hasil industri terus menerus dilepaskan di udara, tidak mustahil es di kutub utara dan kutub selatan akan mencair yang akibatnya lebih dari 1000 pulau kecil di Indonesia bisa tenggelam.
Sementara itu Prof Toshifumi Matsuoka salah satu dosen sekaligus ilmuan dari Jepang yang berhasil menerapkan CCS di negaranya mengapresiasi kesiapan pelaksanaan teknologi ramah lingkungan ini di Blora. Selama mengikuti simposium dan peninjauan lapangan ke Sumur Jepon-01, ia optimis bahwa CCS akan mampu berkontribusi besar untuk pengurangan pemanasan global.
Sebagai bentuk apresiasi atas diselenggarakannya Simposium CCS ke 14 bertaraf Internasional di Kabupaten penghasil minyak dan jati ini, Pemkab Blora pun menggelar jamuan makan malam untuk seluruh peserta simposium di Pendopo Rumah Dinas Bupati pada Sabtu malam (5/8/2017). Sejumlah makanan khas dihidangkan mulai Soto Klethuk, Sate Ayam, hingga buah lokal Sawo Organik Bangoan. Selain itu seluruh tamu juga dihibur dengan kesenian tari tradisional Gambyong, Seni Barongan dan langen beksan Tayub.
“Terimakasih telah memilih Blora sebagai lokasi penerapan teknologi CCS yang sangat bermanfaat untuk kelestarian alam dan lingkungan. Bahkan ini yang pertama di Asia Tenggara dan kedua di Asia setelah Jepang. Pemkab akan siap memberikan dukungan penuh untuk kesuksesannya,” kata Bupati Djoko Nugroho
Di depan para tamu dan peserta simposium, Bupati juga mengutarakan berbagai potensi Kabupaten Blora yang perlu untuk dikembangkan seperti populasi sapi yang menempati urutan pertama di Indonesia dan komoditas jagung terbesar kedua di Jawa Tengah. (Dinkominfo Kab. Blora).