Sejak pagi, warga sudah mulai berdatangan kemudian mencari tempat duduk yang nyaman di tepi jalan Alun-Alun dan sepanjang jalan Pemuda Blora.
Mereka tidak mau ketinggalan menonton event spektakuler yang merakyat dan menjadi ikon kabupaten Blora. Cuaca panas pun tak menjadi hambatan, karena telah membawa payung dan penutup kepala (topi).
Demikin pula dengan puluhan peserta yang datang lebih awal dan daftar ulang terlebih dulu kepada panitia.
Aneka corak kostum dan karakter barongan, topeng serta penari kuda lumping menjadi pemikat ribuan warga yang tak sekadar menyaksikan, tetapi menjadi momen terbaik untuk membuat dokumentasi.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora, Jawa Tengah melalui Dinas Kepemudaan Olah Raga Pariwisata dan Kebudayaan (Dinporabudpar) Kabupaten Blora sukses menggelar Festival Barongan ke-5 tahun 2019, Sabtu, (9/11/2019).
Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora, Slamet Pamuji, SH, M.Hum menjelaskan ada 31 kelompok peserta karnaval (arak-arakan) Festival Barongan ke-5 tahun 2019 yang memeriahkan.
Selain itu ada pameran perajin barongan dari Desa Gondang Kecamatan Ngawen. Kemudian, pada malam harinya, ada pegelaran barongan Blora di Stadium Seni Budaya Tirtonadi Blora dengan menampilkan group Barongan Samin Edan (Semarang), Garapan Topeng Ireng (Boyolali) dan Barongan Risang Guntur Seto (RGS-Blora).
“Start dari Alun-Alun. Kemudian panggung kehormatan di depan Klenteng Hok Tik Bio. Sedangkan finish di depan gereja Bethany di Jalan A.Yani,” katanya.
Di depan panggung kehormatan, dengan disaksikan oleh Forkopimda dan Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah serta tamu undangan, para peserta festival barongan satu persatu unjuk atraksi dengan durasi lebih kurang tiga menit.
Acara dimulai setelah Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar M. Solichan Mochtar, SH.AP mewakili Kepala Dinporabudpar Blora Slamet Pamuji, SH, M.Hum mengibaskan bendera motif kotak dan hitam dari start depan gapura rumah dinas bupati Blora atau jala Alun-Alun Utara.
“Dengan mengucap Bismilahirromanirrohim, Festival Barongan Blora ke-5 tahun 2019 kita nyatakan untuk digelar dan dilaksanakan,” ucapnya.
Diawali oleh kelompok seni barongan Risang Guntur Seto pimpinan Adi Wibowo, kemudian disusul kelompok peserta lainnya membuat penonton ingin lebih dekat.
Adapun kelompok peserta yang menyemarakkan acara yaitu Manggala Sura (Tunjungan), Sami Mulang Jaya (Blora), Sanggar Barongan Ridwan Cinta Seni (Todanan).
Praja Muda (Kedungtuban), Arengga Jaya (Kunduran), Singa Lodra (Todanan), Abdi Joyo (Doplang), PSBK Singo Joyo (Kunduran), Kuncoro Mudo (Kedungtuban), Gogor Mustiko Budoyo (Blora), Riuh Manggolo Joyo (Doplang), New Singo Joyo (Ngawen), Singo Madigdo (Randublatung), Singo Mudo (Tunjungan).
Selanjutnya, Widya Manggala (Todanan), Lestari Budoyo Joyo (Cepu), Timbul Budoyo (Tunjungan), Singo Ronggo Putro (Sambong), Singo Lumaksono (Todanan) Wahyu Kencana (Kedungtuban), Sukar Joyo (Ngawen), Singo Langen Budoyo (Banjarejo), Singa Lodra (Blora), Sardula Seta (Blora), Kumoro Krido Mustiko (Tunjungan).
Kemudian, Singo Putat Joyo (Banjarejo), Putra Karang (Kunduran), Singo Mudo Nudoyo (Ngloram, Cepu) dan Seni Barong Cokro Aji Joyo (Tempel, Jepon) dan Kuncoro Mustiko Joyo (Nglawiyan, Blora).
Acara berjalan lancar dan sukses dengan pengamanan ketat oleh petugas dari Satlantas Polres Blora dibantu petugas Bidang Perhubungan Dinrumkimhub dan Sat Pol PP.
Sejumlah fotografer dan pewarta foto tampak hadir mengabadikan helatan spektakuler ini.
Seperti diketahui Seni Barongan Blora adalah peninggalan leluhur yang terus dijaga kelestariannya dan mempunyai kekhasan tersendiri.
Hampir setiap desa, kelurahan, sekolahan baik SD hingga SMA/SMK memiliki piranti seni barongan dan alat musik pengiring.
Di dalam kesenian tradisional ini tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat setempat, seperti spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.
Barongan Blora semakin jelas keabsahannya setelah mendapatkan pengesahan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Sementara itu, Sujiman, salah seorang perajin barongan warga RT 02 / RW I Desa Gondang Kecamatan Ngawen, mengatakan bangga bisa ikut memamerkan karyanya di Festival Barongan ke-5 tahun 2019 ini.
Dikatakannya, untuk melayani pesanan pelanggan merasa kewalahan karena bahan baku kayu dadap yang digunakan makin sulit dicari.
"Pembuatan barong saya kerjakan sendiri, waktunya paling lama satu bulan baru selesai,” ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, jika bahan baku berupa kayu dadap sudah tersedia, tetapi jika belum maka harus menunggu, sebab harus mencari dulu ke beberapa tempat.
Dijelaskannya, beberapa bahan yang digunakan untuk pembuatan topeng barong, antara lain kulit kambing yang masih berbulu, cat dan pewarna pakaian, sedangkan seperangkat topeng seni barongan dijual sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta lebih, tetapi jika hanya membutuhkan kepala barongan saja dihargai minimal Rp 1,2 juta tergantung ukuran.
Dipilihnya kayu dadap, kata Sujiman, selan ringan, juga tidak mudah retak. Ia menekuni sebagai perajin barongan sejak 1997.
Pada kesempatan yang sama, Farida, salah seorang remaja Blora yang ikut menonton, menunjukkan ekspresi kegembiraan.
“Senang, bangga dan tidak takut. Barongan milik Cah Blora. Tadi juga sempat swafoto dengan para pemain barongan serta kuda lumping. Suka sekali, keren,” ujarnya.
Helatan ini, juga menjadi berkah oleh penjual mainan/miniatur barong serta penjual makanan serta minuman. (Dinkominfo Kab. Blora).