Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Blora Ir. Hj Reni Miharti, M. Agr. Bus menyampaikan dalam menghadapi tanggap darurat pandemi Covid-19, pangan merupakan salah satu faktor utama yang perlu dijaga kestabilannya.
“Untuk itu ketahanan pangan suatu daerah harus menjadi prioritas utama dalam situasi darurat seperti sekarang ini,” terang Kepala DPKP Blora dalam konferensi pers di media center Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blora, Kamis (23/4/2020).
Mengacu konsep ketahanan pangan suatu daerah, menurut Kepala DPKP Blora, produksi pangan bukan satu-satunya yang dijadikan perhatian, namun ketersediaan pangan secara umum harus dipastikan tersedia cukup untuk dikonsumsi.
“Selain kemampuan dan daya beli masyarakat terhadap pangan,” ucapnya.
Dijelaskannya, tugas utama DPKP adalah memastikan produksi pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan di Kabupaten Blora.
Dari sebelas bahan pangan utama yang dipantau ketersediaan beras, jagung, cabai merah dan daging sapi masih surplus.
Sementara ketersediaan bawang merah, bawang putih, cabai rawit, daging ayam, telur ayam, gula pasir dan minyak goreng saat ini masih minus.
“Produk pangan yang minus akan didatangkan dari luar daerah, sehingga ketersediaannya selalu aman,” terangnya.
Untuk gula pasir, menurut Kepala DPKP Blora, PT Gendis Multi Manis (GMM) sudah mulai giling tebu sejak tanggal 16 April 2020 sehingga gula pasir akan segera tercukupi.
Masih menurut Kepala DPKP Blora, beberapa permasalahan yang muncul saat ini adalah harga komoditas gula pasir.
“Harga di tingkat pengecer saat ini Rp17.500/kg. Upaya yang dilakukan adalah stabilisasi harga gula pasir,” ungkapnya.
Atas dorongan Pemkab Blora, lanjutnya, PT. GMM telah berkomitmen untuk menurunkan harga gula pasir sesuai dengan harga acuan pemerintah yaitu Rp12.500/kg sesuai dengan HET mulai tanggal 21 April 2020.
Langkah yang sudah dilakukan antara lain sudah memasok gula ke sebagian toko di kecamatan Todanan yang terpantau harganya sudah turun menjadi Rp13.500/kg.
“Sedangkan di MD Mall dan Luwes Supermarket, dijual dengan harga Rp12.500/kg. Namun dibatasi pembelian maksimal sebanyak 3 kg,” urainya.
Harga komoditas bawang merah di tingkat pengecar kisaran Rp40.000/kg. Harga itu relatif masih cukup tinggi karena belum ada panen dan pasokan saat ini cenderung menurun.
Harga komoditas daging ayam di tingkat produsen cukup rendah, yaitu Rp6.000 hingga Rp8.000/kg berat hidup.
“Rendahnya harga daging ayam tersebut berdampak pada turunnya konsumsi pakan ternak sehingga serapan jagung dan pabrik pakan ternak menurun drastis,” ungkapnya.
Hal itu, kata Reni Miharti, mengakibatkan harga jagung pipil kering di tingkat petani turun menjadi Rp3.300/kg.
Kemudian harga komoditas cabai merah di tingkat petani sangat rendah, yakni kisaran Rp4.000 sampai dengan Rp5.000/kg.
DPKP Blora, menurut Reni Miharti, telah mengupayakan produksi komoditas pangan utama melalui berbagai program pemerintah, baik berupa bantuan benih, penyediaan pupuk bersubsidi dan kemudahan akses permodalan.
Dalam situasi pandemi Covid-19, pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat dan para petani di wilayah kabupaten Blora khususnya, untuk tetap produktif dan berupaya meningkatkan produksi pertanian demi ketersediaan yang berkelanjutan di kabupaten Blora.
“Tentu saja dengan memperhatikan protokol kesehatan,” tandasnya.
Pelaksanaan program pekarangan pangan lestari dan pengembangan rumah pangan lestari di beberapa desa, perlu dilaksanakan sebaik-baiknya oleh kelompok wanita tani penerima kegiatan.
Hal ini dimaksudkan untuk penyediaan sumber pangan, vitamin dan mineral di tingkat rumah tangga.
Selanjutnya pemberdayaan lumbung pangan, dimana saat ini ada 21 unit lumbung pangan yang sudah dibangun oleh pemerintah untuk menyimpan cadangan pangan sejumlah 4.481,77 ton gabah kering giling.
Berikutnya melaksanakan program stabilisasi harga pangan melalui program pengembngan usaha pangan masyarakat yang berbasis di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di lima desa di empat kecamatan di wilayah kabupaten Blora serta mengembangkan toko tani yang saat ini sudah ada 20 unit yang tersebar di beberapa kecamatan dan desa di kabupaten Blora.
Dijelaskan lebih lanjut, bulan April 2020 adalah puncak dari panen padi di kabupaten Blora. Tidak kurang dari 20.000 hektare yang dipanen.
“Kami mengimbau kepada para petani agar menyimpan sebagian hasil panennya untuk persediaan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga selama setahun kedepan,” tambahnya.
Selain itu, juga diminta menyisihkan sebagian hasil panennya untuk membiayai usaha tani musim tanam berikutnya.
“Disimpan dalam bentuk produk pangan, baik gabah maupun jagung. Tidak disimpan dalam bentuk uang,” tandasnya.
Dalam penanganan Covid-19, menurut Reni Miharti, khususnya yang terkait dengan dampak ekonomi, DPKP Blora merencanakan pengadaan cadangan pangan berupa beras, minyak goreng dan gula pasir sebanyak 6.000 paket untuk warga masyarakat atau petani terdampak Covid-19 khusunya di desa rawan pangan.
Selain itu, DPKP Blora bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia (TTI) akan melakukan bakti sosial membagikan paket sembako sebanyak 250 paket untuk warga masyarakat yang terdampak Covid-19 di sekitar lingkungan kantor DPKP Blora.
Dalam rangka memperkuat ketahanan pangan keluarga dianjurkan agar setiap keluarga atau petani memanfaatkan lahan yang ada baik pekarangan atau lahan marjinal untuk memproduksi bahan pangan berupa sayur, buah dan umbi-umbian, ternak kecil dan perikanan.
Menganjurkan masyarakat kabupaten Blora, meningkatkan konsumsi sayur, umbi-umbian, buah-buahan serta protein hewani dan mengurangi konsumsi beras dalam rangka penganeka ragaman konsumsi pangan dan menjaga derajat kesehatan masyarakat. (Dinkominfo Kab Blora).