Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora mengapresiasi dan memberi perhatian serius kepada Kampung Pelangi sebagai destinasi wisata di desa Bangsri Kecamatan Jepon.
Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora Slamet Pamuji,SH, M.Hum berharap adanya Kampung Pelangi di desa Bangsri bisa memotivasi desa yang lain dengan lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi desa dengan tidak mengesampingkan kearifan lokal yang ada.
“Dengan adanya Kampung Pelangi di Desa Bangsri diharapkan bisa memotivasi desa yang lain di kabupaten Blora,” terangnya, di Blora, Sabtu (8/8/2020).
Menurutnya, terwujudnya Kampung Pelangi desa Bangsri didukung oleh pemerintah desa dan disambut baik oleh warga masyarakat setempat.
“Kerjasama dan saling mendukung inilah yang menjadi modal utama keberlangsungan destinasi wisata lokal sehingga selain menarik pengunjung juga mendorong perputaran ekonomi warga. Jadi gotong royong untuk maju bersama,” lanjutnya.
Meski demikian, memasuki adaptasi kebiasaan baru diharapkan semua warga masyarakat setempat dan para pengunjung tetap patuh pada protokol kesehatan.
“Semuanya saja kami imbau patuh protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan jaga jarak,” ajaknya.
Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Wahyu Tri Mulyani, AP menambahkan melihat ide dan kreativitas kepala desa dan masyarakat di desa Bangsri pihaknya merasa perlu untuk mendampingi, memberi masukan sehingga desa Bangsri semakin berkemang menjadi desa wisata.
“Karena desa wisata tidak hanya menjual menjadi satu daya tarik wisata. Saat ini baru kampung pelangi, tetapi kedepan bisa menggabungkan potensi-potensi lainya, seperti alam, budaya atau ditambah atraksi, kearifan lokal yang ada di sana,” terangnya.
Dengan demikian bisa menjual paket-paket wisata yang lebih menarik sehingga memberi dampak pada perekonomian masyarakat setempat.
Wahyu Tri Mulyani menyebut, dalam APBD Perubahan 2020 sudah menganggarkan untuk pedampingan dari praktisi desa wisata.
“Rencana kita menggandeng Desa Wisata Institute Yogyakarta,” ucapnya.
Seperti diketahui Kades Bangsri, Laga Kusuma melakukan terobosan dan inovasi untuk menciptakan Kampung Pelangi.
Hal itu terinspirasi dari Semarang dan Malang yang sudah memiliki kampung dengan aneka hiasan warna-warni. Untuk mewujudkan kampung pelangi ini, pihaknya memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan padat karya.
Rencana tersebut disambut positif oleh warga. Mereka sangat antusias saat pihak pemerintah desa menunjukkan rancangan kampung Pelangi.
Sejak itulah pengecatan kampung dimulai, puluhan hingga ratusan warga telah melakulan pengecatan secara bergantian. Pengecatan tersebut benar-benar melibatkan warga tanpa ada pesan sponsor.
Laga juga mengaku dapat surprise dari warga. Karena apa yang diharapkan ibarat gayung bersambut. Warga Bangsri dengan bersuka cita dan gotong royong mampu menciptakan kampungnya menjadi meriah dan indah.
“Kami hanya memfasilitasi saja. kami gerakkan seluruh komponen masyarakat guna mengubah kampung-kampung yang semula kumuh menjadi indah dan menarik,” ucapnya belum lama ini.
Melihat cat warna rumah yang variatif itu, warga setempat menyebutnya Kampung Pelangi. Bahkan pada bagian rumah yang dicat dengan warna yang bervariatif pada bagian dinding dan pintu. Pemilik rumah pun membuat gambar berbagai motif.
Seperti astral, bunga, boneka, dan berbagai tokoh kartun. Bahkan ada yang menggambar wajah kepala desa (Kades) beserta isteri dan camat Jepon. Selain itu ada pula wahana air pelangi yang sangat diminati oleh anak-anak.
Semua itu mereka kerjakan secara spontanitas. Dengan warna rumah yang beraneka ragam itu, dipadukan dengan kondisi lingkungan rumah yang bersih. Gang yang ada di antara rumah juga terlihat bersih.
Penataan permukiman Kampung Pelangi itu, menjadi daya tarik wisata. Bahkan bisa mendukung desa wisata dalam upaya mendongkrak ekonomi masyarakat, seiring dengan adanya daya tarik masyarakat yang berkunjung ke Kampung Pelangi desa Bangsri.
Selain menciptakan Kampung Pelangi, desa Bangsri juga meningkatkan destinasi wisata religi. Potensi desa ini dimemiliki jauh sebelum tercipta Kampung Pelangi.
Yaitu makam Mbah Buyut Toinah dan Noyo Sentiko yang akrab dengan Noyo Gimbal yang menjadi tokoh sejarah perang Bangsri.
Saat ini, sebelum masuk melalui gapura, para pengunjung dipersilahkan cuci tangan pakai sabun di tempat yang telah disediakan, kemudian membeli tiket masuk yang relatif terjangkau (Rp2.000,00/orang).
Salah seorang pengunjung, Permatasari (21) mengatakan senang dan mengesankan.
“Senang dan cukup mengesankan, apalagi ada aneka spot foto, ada sayuran hidroponik dan kuliner. Mantap pokoknya,” kata dia. (Dinkominfo Kab. Blora).