Kawasan Oro-Oro Kesongo di wilayah desa Gabusan, Kecamatan Jati prospektif dikembangkan sebagai obyek wisata. Perlu keseriusan mewujudkannya dan sinergitas antara pemangku kebijakan dan pemerintah desa setempat.
Tanah yang masih memiliki aktivitas menyemburkan lumpur dan gas belerang itu luasnya lebih dari dua hektar dikenal mistis dan memiliki cerita rakyat yang membumi. Bahkan, sering dilakukan sebagi tempat ritual untuk meminta pesugihan.
”Dari cerita rakyat, aura mistis dan lokasi yang indah serta menarik, saya kira tidak cukup selalu diwacanakan terus menerus. Harus berbenah, seperti menyusun lay out dan setting kawasan. Siapa yang mengelola, termasuk dipasang gazebo dan proteksi bagi para pengunjung,” kata peminat potensi wisata alam Oro-Oro Kesongo, Hastati, di Blora, Kamis (16/11/2017.
Lebih lanjut disampaikan, saat mengunjungi kawasan itu, tidak dijumpai papan nama atau pagar pembatas antara lahan pertanian produktif dengan oro-oro kesongo. Bahkan, akses jalan menuju ke lokasi belum mendukung karena masih melewati pematang jalan pertanian.
“Papan nama lokasi Kesongo belum ada. Perlu ada pagar pembatas yang memisahkan lahan produktif pertanian dengan lokasi tersebut,” ujarnya.
Sunadi, salah seorang perangkat desa Gabusan mengemukakan wacana untuk mengembangkan kawasan oro-oro Kesongo sebagai lokasi wisata alam sudah lama dibicarakan. Hanya saja, sampai saat ini belum terwujud. Bahkan, warga sering kawatir akan terjadi semburan lumpur disertai gas secara tiba-tiba.
“Saat ini akses jalan menuju Kesongo perlu dibangun. Kalau aktivitas semburan sudah jarang terjadi, paling hanya letupan kecil. Terakhir, tahun lalu terjadi semburan lumpur setinggi lebih kurang empat meter, itu pun tidak lama. Bahkan ada yang mengabadikan melalui video hand phone,” kata Sunadi.
Hal senada disampaikan Pujo, salah seorang pegiat wisata alam setempat. Menurutnya, promosi kawasan Kesongo sudah kerap dilakukan melalui media sosial.
“Saya kira, Kesongo sudah cukup dikenal. Apalagi kita beberapa kali mengenalkan melalui sosial media. Bahkan beberapa media cetak juga memprmosikan. Tinggal bagaimana memanfaatkannya menjadi ikon yang diminati pengunjung dan mendorong pendapatan warga setempat,” katanya.
Sementara itu tenaga pendamping desa Kecamatan Jati, Tri Juwanto mengatakan kesan mistis di kawasan Kesongo justru menjadi daya tarik tersendiri.
“Saya kira ada beberapa tempat wisata yang selalu dikaitkan dengan cerita rakyat setempat. Termasuk beberapa aturan yang harus ditaati oleh para pengunjung. Tidak terkecuali dengan Kesongo,” jelasnya. (Dikominfo Kab. Blora)