Bupati Djoko Nugroho bersama Dirjen Hortikultura Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MM dan tim dari Kementerian Pertanian melaksanakan panen raya padi di Desa Tanjung, Kecamatan Kedungtuban RI, Jumat (19/1). Panen dilaksanakan di lahan milik lelompok tani Tambah Mulyo seluas 230 hektar lebih, secara simbolis.
Turut hadir Dandim 0721 Blora, Letkol Inf. Rizadly Syahrazy Themba, S.Sos, Pasi Kemampuan Teritorial (Puanter), Korem 073/Makutarama, Mayor Inf. Sentot E, Asisten 2 Sekda Blora Slamet Pamudji SH, M.Hum, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ir. Reni Miharti M.Agr Bus, Forkopimcam Kedungtuban, penyuluh dan seluruh petani.
Setelah memotong padi secara bersama-sama di tengah sawah, panen dilanjutkan dengan menggunakan alat pemotong padi modern “combine harvester” agar lebih cepat dan harganya lebih tinggi.
Bupati Djoko Nugroho usai panen mengungkapkan rasa senangnya bahwa di tengah kabar impor beras yang akan dilakukan pemerintah pusat dengan alasan harga beras mahal dan sulit didapat, ternyata hal tersebut tidak berlaku di Blora.
“Kita lihat sendiri bahwa panen padi di Blora bagus, dan 2017 kemarin kita surplus beras nomor 3 se Jawa Tengah. Jadi jangan sampai ada beras impor masuk ke Blora, justru Blora yang mengirim beras ke Rohingnya dan Afrika,” tegasnya.
Ia juga menepis berita beras langka, karena kenyataanya saat ini beras mudah didapat.
“Kalupun harga beras atau gabah tinggi, asal keuntungannya dinikmati petani, bukan pedagang. Gak papa lah. Sekali-sekali biar petani kita merasakan keuntungan besar. Biar petani kita kaya,” lanjutnya.
Dirjen Hortikultura Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MM yang juga PJ Upsus Pajale Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan panen raya ini memastikan persediaan beras secara nasional masih cukup aman. Ia senang bisa menyaksikan padi yang melimpah di Kabupaten Blora.
“Pada Januari saja secara nasional luas panen padi mencapai 854 ribu hektar dengan tingkat produksi mencapai 4,2 ton gabah kering atau setara 2,7 ton beras. Sedangkan uncak panen Indonesia akan terjadi pada bulan Maret dengan perkiraan produksi sejumlah 11,8 juta ton , berasnya 7,4 juta ton. Namun, setelah itu pada bulan April panen agak menurun sedikit,” ucapnya.
“Kita ingin sampaikan kepada publik bahwa sejak Desember 2017 sampai dengan Januari kita terus panen, Artinya ada beras, Tidak ada rash, tidak ada panic buying, tidak ada orang antri cari beras,” lanjutnya.
Ia mengimbau agar masyarakat tidak perlu kawatir dengan pemberitaan impor beras yang ada. Karena menurutnya, secara Nasional sejak Desember 2017 sampai Januari terus panen padi.
“Intinya ketersediaan pangan aman. Urusan impor itu biar urusan yang di atas. Yang penting kita kerja, kerja dan kerja, pangan tercukupi, harga baik dan anak bisa sekolah,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ir. Reni Miharti M.Agr Bus menerangkan bahwa untuk wilayah Kabupaten Blora akan mengalami puncak musim panen pada bulan Pebruari.
“Puncak panen diprediksi akan terjadi di bulan Pebruari dengan hasil rata-rata 7 ton per hektare. Adapun harganya saat ini dos/tanpa blower 5.000/ kg GKP, jika pakai Combine Harvester bisa sampai 5.200/ kg GKP,” terangnya.
Usai panen dilanjutkan dialog dengan petani. Para petani yang menginginkan atau membutuhkan alat mesim pertanian (alsintan) diminta untuk membuat pengajuan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Sedangkan yang meminta perubahan kuota pupuk bersubsidi, diminta untuk melakukan perubahan RDKK pupuk untuk tahun depan. (Dinkominfo Kab. Blora/Tim)