Pemasaran Kerupuk Sermiyer Desa Wantilgung Melalui Teknologi


Produk olahan kerupuk tepung singkong (sermiyer) di desa Wantilgung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora didorong pemasaran dan pengolahannya melalui media sosial dan teknologi tepat guna yang sesuai. Selain itu kemasan dan cita rasa perlu lebih inovatif.

Demikian hal itu disampaikan oleh Hastati, salah seorang tenaga ahli teknologi tepat guna (TA-TTG) Kemendes dan PDTT yang bertugas di Kabupaten Blora.

“Kami sudah melakukan pendampingan dan meninjau kepada para pengusaha. Kami dorong pemasaran kerupuk bisa lebih ditingkatkan melalui sosial media dan teknologi yang susuai. Tentu saja dengan kemasan yang menarik dan aneka cita rasa,” ujar Hastati di Blora, Selasa (30/1).

Meski demikian, kata dia, tidak meninggalkan pola pemasaran konvensional dan tradisional.

“Pemasaran tradisional, tetap saja. Tapi langkah digitalisasi market dan pengolahan sudah saatnya dilakukan sehingga lebih dikenal dan mendorong warga untuk lebih dekat melalui jejaring sosial media,” ucapnya.

Terkait tata cara pengolahan, selain menggunakan cara tradisional, bisa didorong menggunakan alat yang lebih efektif dalam pengerjaaannya.

“Perlu ada operator khusus di tingkat desa Wantilgung yang menangani pemasaran produk dengan menggunakan teknologi,” kata dia.

Ia menjelaskan, selama ini pemasaran kerupuk dilakukan warga dengan dipikul dan berkeliling ke sejumlah wilayah baik di dalam dan keluar kabupaten Blora.

Sementara itu Abdul Rohman, salah seorang perangkat desa Wantilgung mengemukakan, pihaknya mendukung langkah inovatif selama bisa lebih cepat menghasilkan pendapatan bagi para pembuat kerupuk.

“Saya mendukung saja, apalagi dengan kemasan menarik dan aneka rasa olahan. Kerupuk sermiyer di desa Wantilgung sudah sangat dikenal berbentuk lingkaran tipis dengan rasa gurih yang khas,” jelasnya.

Kenapa warga memilih cara pemasaran tradisional, kata dia, dinilai lebih cepat menghasilkan uang, karena penjual langsung berkeliling memasarkan.

“Jadi cara yang dilakukan oleh warga selama ini lebih praktis dan dinilai cepat menghasilkan uang. Misalnya pagi di buat, siang dijemur dan kering, selanjutnya di goreng. Kemudian dipasarkan. Paling lama dua hari harus habis,” kata Abdul Rohman.

Jika dipasarkan melalui sosial media, kata dia, terlalu lama. Namun cukup prospek untuk mengenalkan kerupuk khas buatan warga Desa Wantilgung.

“Apalagi didukung dengan tempat khusus sebagai pusat pemasaran,” kata dia.

Kendalanya, menurut dia, kalau musim hujan dan tidak ada matahari, sehingga proses pengeringan tertunda.

Dikatakan lebih lanjut, selain menguntungkan secara ekonomi, menekuni usaha kerupuk sermiyer merupakan bentuk pengabdian warga kepada kearifan lokal desa Wantilgung yang telah ditekuni secara turun temurun. (Dinkominfo Kab. Blora | Tim).

    Berita Terbaru

    Sambut HUT ke-5, Relawan Kabupaten Blora Buat Ratusan Liter Eco Enzyme
    27 Juli 2024 Jam 09:19:00

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Blora Ir. Samgautama Karnajaya,...

    Koordinasi Sinergitas, Dua Jenderal Asli Blora Pulang Kampung
    26 Juli 2024 Jam 21:15:00

    Wakapolri, Komjen Pol. Drs. Agus Andrianto SH, MH, dan Kabaintelkam Polri, Komjen. Pol. Drs....

    Pengabdian Panjang Tuntas, Dua Kepala Dinas di Blora Purna Tugas
    26 Juli 2024 Jam 12:42:00

    Menyusul 54 PNS di lingkungan Pemkab Blora terima SK pensiun dari Bupati Blora, H. Arief Rohman,...