Bupati H Arief Rohman, S IP, M Si, membuka acara rembuk stunting tingkat Kabupaten Blora di lantai II ruang pertemuan Gedung Bappeda yang diselenggarakan Dinas Kesehatan bersama OPD terkait, Sabtu (27/11/2021).
Acara ini diikuti oleh para Camat, kepala Puskesmas, Baznas, dan sejumlah organisasi masyarakat lainnya. Selain luring acara ini juga dilakukan secara virtual zoom diikuti oleh perwakilan Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Kesehatan.
Dalam rembuk stunting ini, Bupati menyampaikan 10 permasalahan utama stunting yang ada di Kabupaten Blora, mulai dari Cakupan Pelayanan yang belum memenuhi target, Tingginya Ibu Hamil KEK/Anemia.
Kemudian, sinergitas dan koordinasi antar pemangku kepentingan, Pola Asuh Belum Semua, Posyandu Holistic Integratif, Keterbatasan Anggaran , Rendahnya Tingkat Kehadiran Balita ke Posyandu, Manajemen Data.
Tingginya Pernikahan Anak, hingga Rendahnya Tumbuh Kembang Anak/Balita.
“Meski ada sejumlah masalah yang perlu ditangani namun begitu saya sampaikan apresiasi untuk semuanya saja, dari seluruh OPD yang memiliki inovasi dalam penanganan stunting sehingga bisa digunakan rujukan bagi beberapa daerah lain, untuk melakukan studi disini. Ini tentunya menjadi semangat bagi kita semua untuk terus melakukan inovasi melakukan pembenahan, terkait stunting yang ada di Blora ini,” ucap Bupati.
Bupati menerangkan saat ini pihaknya memiliki target bagaimana kedepan, stunting di Blora ini terus ada penurunan menuju new zero stunting.
“Sebagai gambaran umum di Kabupaten Blora ada 16 kecamatan 295 desa kelurahan tentu target 5 tahun kedepan harus ada perubahan, mulai dari angka bayinya bisa ditekan, angka stunting, angka kematian juga bisa kita tekan," jelasnya.
Bupati menambahkan target Kabupaten Blora untuk 5 tahun kedepan di antaranya Presentasi Ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan sesuai standart , Angka Kematian Ibu, Presentasi Ibu bersalin mendapat pelayanan persalinan sesuai standart , Angka Kematian Bayi , Presentasi Bayi baru lahir mendapat pelayanan sesuai standart, Angka Kematian Balita ,Balita Stunting kurang dari 14 persen pada tahun 2024 , Cakupan Pelayanan Balita bisa (100%).
“Mohon doanya, ini kaitanya dengan pelayanan kesehatan terus kita lakukan, ini terkait sesuainya visi misi kami, termasuk kita rencana bangun Rumah sakit yang ada di Blora selatan dan Blora Barat, untuk nanti jadi rujukan, temen teman yg ada di puskesmas," tutur bupati.
Bupati juga mengakui dalam perjalanan penanganan stunting ini ada beberapa hambatan, namun begitu pihaknya bersama jajarannya terus berupaya agar Blora bisa bebas stunting.
"Kami terus upayakan namun begitu hambatan yang terjadi sepeti cakupan layanan yang belum sesuai target maksimal, keterbatasan anggaran,tidak menutup semngat kita untuk melawan stunting ini," jelas Bupati.
Bupati juga menambahkan saat ini anggaran tahun 2022 difokuskan pada infrastruktur, namun demikian pihaknya minta untuk terus semangat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Untuk mencapai Blora new zero stunting bisa tercapai, Bupati minta agar OPD terkait bisa koordinasi dengan kecamatan, desa/ kelurahan agar melakukan pemantauan dan fasilitasi serta melakukan pendampingan.
Tak hanya itu sinkronasi dan penganggaran, termasuk pengoptimalan Dana Desa bisa dilakuknan secara rutin.
"Tolong diupdate, terkait validitas data stunting. Sekarang berapa, capaiannya berapa, larangannya berapa, targetnya apa, ini harus ada. Ini butuh kerjasama lintas sektoral. Dengan kerjasama tentu diharapkan Blora bisa zero dari stunting," harap Bupati.
Sementara itu Edy Widayat, Kepala Dinas Kesehatan Blora dalam laporannya mengatakan stunting yang sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi yang kronis dan psiko terutama pada seribu hari kehidupan apa anak-anak, hingga anak usia 2 tahun.
"Anak stunting, apabila panjang dan tinggi badannya, berada dibawah minus 2," jelasnya.
Edy menerangkan selama pandemi ini angka stunting di Kabupaten Blora menunjukkan kenaikan, hal ini karena kegiatan mengumpulkan orang dihentikan sementara, sehingga pemantauan balita tidak seperti biasa, dan kurang optimal.
"Di tahun 2021 terdapat 45 desa/ kelurahan prioritas, dari jumlah itu terdiri dari 41 desa 4 kelurahan. Saat ini prosentase stunting di kab Blora, berada pada 9,23 persen,"tambah Edy Widayat.
Selain data di atas Permasalahan kesehatan lainnya, seperti kematian ibu sebanyak 21 kasus.
Kematian karena Covid-19, yang memiliki penyakit penyerta, kematin bayi balita, termasuk gizi buruk, tingginya pernikahan dini, dan pola asuh.
"Hal ini yang menyebkan tingginya angka stunting," kata Edy Widayat. (Dinkominfo/ Prokompim).