Bupati Blora H. Arief Rohman, S.IP., M.Si, mendukung Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) untuk terus mengembangkan pertanian padi organik di Kabupaten Blora karena dirasa lebih menguntungkan bagi petani, dan lebih sehat dikonsumsi.
Hal ini diungkapkan Bupati setelah mengikuti panen perdana padi organik bersama Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, LPPNU, dan PCNU Blora di areal persawahan Desa Sonokidul, Kecamatan Kunduran, Jumat (18/2/2022) sore.
“Padi organik ini sangat bagus ya, selain lebih sehat untuk dikonsumsi juga harga jualnya lebih mahal sehingga petani lebih untung. Sedangkan pupuknya lebih ramah lingkungan, tanpa pupuk kimia sehingga kesuburan tanah bisa kembali secara alami pula. Pemkab terus mendukung LPPNU untuk mendampingi petani organik kita,” ucap Bupati Arief sambil memegang tangkai bulir padi, usai panen perdana.
“Petani biasanya mengeluhkan sulit pupuk, nah dengan pertanian padi organik ini mereka dilatih untuk membuat pupuk organik sendiri dengan bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan sekitar seperti kotoran ternak, bungkil kelapa, dll. Sehingga tanah yang ketergantungan pupuk kimia, perlahan pulih dan subur kembali secara alami. Jika ini konsisten dilakukan maka bumi ciptaan Allah SWT ini akan subur seperti dahulu yang banyak ikannya, belut, dll. Hama tikuspun berkurang. InshaAllah berkah untuk para petani,” tambah Bupati.
Kemudian untuk pemasaran, Bupati yang akrab disapa Gus Arief ini juga siap menyusun kebijakan penjualan padi organik hasil para petani di Kabupaten Blora.
“Potensi pasar beras organik kita banyak. Setelah dipanen, nanti bisa ditampung oleh BUMDes Desa Sonokidul untuk dilakukan pengemasan, akan kita minta dinas terkait untuk upayakan mesin pengeringnya. ASN Pemkab Blora akan kita minta untuk mengkonsumsi beras organik, begitu juga seluruh rumah sakit dan Puskesmas se Kabupaten Blora yang memiliki rawat inap. Agar pasiennya cepat sembuh dan sehat, maka kita minta untuk diberikan beras yang sehat juga, beras organik,” terang Bupati disambut tepuk tangan para petani.
Belum lagi para diaspora Blora yang sukses di banyak kota besar, pasti mereka akan bangga ketika bisa makan beras organik yang menyehatkan produk asli bumi kelahirannya.
"Kami siap bantu memasarkan. Hasil panennya nanti tolong sebagian dikirim ke Pendopo, kita promosikan ke pusat juga. Disiapkan juga kanal jualan digitalnya melalui medsos, sehingga ketika sudah mencoba nanti bisa pesan langsung ke Sonokidul sini,” tambah Bupati.
Menurut Bupati, pertanian organik ini memiliki masa depan yang cerah ditengah sulitnya pupuk kimia bersubdisi dan anjloknya harga gabah dari hasil pertanian konvensional yang masih bergantung pupuk kimia.
“Jika beras biasa harganya 8 ribu sampai 10 ribu per kilogramnya, beras organik ini bisa mencapai 12 ribu per kilogramnya, lebih untung dan lebih sehat,” ujarnya.
Pihaknya juga berharap padi organik ini bisa terus dikembangkan ke seluruh wilayah Kabupaten Blora.
Menurutnya saat ini sudah ada beberapa desa yang mengambangkan padi organik ini, diantaranya Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban yang dibina Pertamina, dan Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan yang dibina oleh LPPNU juga, seperti Sonokidul.
Rois Syuriyah PWNU Jateng, KH. Ubaidillah Shodaqoh menyambut baik hasil binaan LPPNU di Kabupaten Blora dalam hal pendampingan padi organik. Pihaknya pun berharap LPPNU tidak hanya mendampingi proses produksinya saja, namun juga pemasarannya.
“Jika kesulitan memasarkan, bilang saja sama PWNU Jawa Tengah. Kita siap bantu menjualkan, karena pada dasarnya kaum nahdliyin ini juga mayoritas petani. Kami nanti minta data berapa total kemampuan produksi beras organik di Blora. Petani adalah roh kita. InshaAllah kita akan mendapatkan keberkahan melalui pertanian organik ini,” ucap Mbah Yai Ubaid.
Adapun Ketua PCNU Blora, Muhammad Fatah, menerangkan bahwa untuk di Desa Sonokidul ini untuk tahap awal sudah ada 6 petani yang menanam padi organik, yang beberapa hari belakangan ini mulai dipanen.
“Harapannya ini akan menjadi contoh petani lainnya untuk ikut menanam padi organik, sehingga bisa lebih banyak lagi yang beralih ke padi organik. Kami dari PCNU siap untuk mendampingi lewat LPPNU. Jika belum bisa membuat pupuk sendiri, kita latih dan ada pupuk yang siap pakai juga, berikut benihnya,” ungkap M Fatah.
Sementara itu, Handoko, petani yang padi organiknya dipanen Bupati dan rombongan mengaku senang dan optimis untuk terus melanjutkan penanaman padi organik.
“Untuk tanam perdana ini variestasnya raja lele, hasil panennya memang masih sama seperti sebelumnya karena memang kesuburan tanahnya sedang proses pemulihan. Namun yang jelas lebih sehat karena tidak pakai pupuk kimia. Saya yakin nantinya akan memperoleh hasil lebih baik lagi. Sedangkan untuk harga gabah, untuk gabah biasa laku 4500 per kg, untuk yang organik 5500 per kg dan bisa lebih, siap ditampung BUMDes,” kata Handoko.
Usai panen, Bupati dan rombongan melanjutkan kegiatan sambung rasa, dialog bersama dengan Kelompok Tani “Kadang Tani Sarwa Tulus” Desa Sonokidul, Kecamatan Kunduran.
Tampak hadir pula Kepala Dinas Pangan Pertanian Perkebunan dan Perikanan (Dinas P4) Blora, drh. R. Gundala Wijasena, MP., Kades Sonokidul, Ketua BUMDes Sonokidul Mandiri, dan segenap pengurus MWC NU Kunduran. (Tim Dinkominfo/ Prokompim).