Ruwat Agung Sedulur Sikep digelar di pendopo Dukuh Karangpace Desa Kolopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Senin (1/8/2022) malam.
Acara yang dihelat tahunan pada bulan Suro itu sempat tidak dilaksanakan dua tahun karena pandemi Covid-19.
Seperti tahun sebelumnya, ratusan warga Sedulur Sikep beserta tokoh agama dan tokoh adat berkumpul di pendopo Sedulur Sikep untuk merayakan hajatan atau yang disebut tumpengan maca raga.
Kegiatan itu dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masih diberi keselamatan, umur panjang serta menjalin silaturahmi di bulan Suro (Jawa). Bahkan beberapa Sedulur Sikep ada yang melakukan tirakat dengan laku deder dan ngrowot selama beberapa hari.
“Setiap bulan Suro beberapa Sedulur Sikep ada yang melaksanan tirakatan laku deder dan ngrowot, Tujuannya memohon keselamatan kepada Tuhan,” kata Lasiyo, tokoh Samin Sikep Engkrek Karangpace.
Lasiyo dan tokoh agama dari desa Klopoduwur memimpin acara tumpengan maca raga. Ada pun tumpeng tersebut dibuat beberapa warga setempat dan sejumlah pejabat Blora.
“Sedulur-sedulur ini punya niat, membuatkan sesaji kepada sedulur yang lahir pada tunggal hari,” ucap Lasiyo saat memulai memimpin doa dalam bahasa Jawa.
Dalam doa dikatakan, yang pertama untuk sedulur yang berada di arah utara (lor) lahir tunggal hari yang disebut kakang kawah, menghormati hari Selasa Kliwon bulan Suro memohon keselamatan minta seger waras, sehat tidak ada halangan apa-apa. Sedulur kakang kawah itu kesukaannya jenang krowot.
Selanjutnya, kata Lasiyo, sedulur yang lahir tunggal hari yang disebut adi ari-ari yang kesukaannya welat, kunir, kreweng, opeh dan bubur arang-arang kambang.
“Kepada semua bapak dan ibu serta saudara sekalian kami harapkan ngukuhi sedulur yang lahir tunggal hari sekiblat sekawan (empat arah penjuru),” lanjutnya.
Kemudian, kata Lasiyo, sedulur yang berada di arah timur kesukaanya bubur putih. Sedangkan sedulur yang berada di arah utara kesukaannya bubur abang.
Sedulur yang berada dari arah barat, lanjut Lasiyo, dibuatkan sesaji bubur abang putih. Dan sedulur yang berada dari arah selatan kesukaannya bubur ketan hitam.
“Sedulur yang berada di atas, kesukaannya (kekareman) nasi bucu, panggang ayam, nasi uduk, pisang setangkep, jambe suruh dan rujak degan (kelapa muda). Semuanya meminta keselamatan, dimudahkan rejeki, dijauhkan dari godaan tinggal yang baik (becik),” ujarnya.
Dalam doa berbahasa Jawa, Lasiyo juga memohon kepada Tuhan agar virus Corona segera disirnakan dan semuanya diberi kesehatan serta keselamatan.
Setelah Lasiyo memimpin doa berbahasa Jawa, dilanjutkan doa yang dipimpin oleh salah seorang tokoh agama Islam setempat. Selanjutnya ratusan warga yang hadir menikmati nasi tumpeng yang disajikan dalam hajatan.
Yang menarik, selain daun jati untuk bungkus makanan, puluhan nasi tumpeng dengan bumbu dan daging ayam panggang serta aneka makanan tradisional kemudian dimakan bersama dan sebagian dibawa pulang.
Di sela-sela acara, ada prosesi memercikkan air kembang kepada semua warga yang hadir hajatan. Proses memercikkan air kembang dilakukan oleh Wahini, istri Lasiyo dengan harapan semua yang hadir diberikan keselamatan dan keberkahan dari Tuhan. Selain itu mengisyaratkan bahwa seorang Ibu adalah sosok yang penuh cinta kasih dan harus dihormati.
Usai prosesi hajatan, dilanjutkan dengan acara seremonial dan pertunjukan wayang kulit dengan menampilkan Ki Dalang Sindhunata Gesit Widiharto, S.Sn, M.Sn dari Semarang yang membawakan cerita Semar Mbangun Khayangan.
Ketua Paguyuban Sedulur Sikep, Poso, mengawali sambutan dan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan hadir di acara itu. Pihaknya juga mengucapkan terimakasih atas kehadiran tamu undangan baik dari Pemkab Blora, Pemerintah Kecamatan Banjarejo serta sejumlah tokoh baik dari dalam dan luar daerah kabupaten Blora.
Di antaranya, Pemuka Lintas Agama, Sedulur Baduy, Sedulur Bali, Sedulur Tengger, Sedulur Dieng dan semua warga yang mendukung terselenggaranya acara.
Kepala Dinporabudpar Blora, Drs. Kunto Aji, dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada semua warga Sedulur Sikep.
“Saya secara pribadi dan kedinasan mengapresiasi terselenggaranya acara ini. Suran atau acara di bulan Suro ini menjadi trend yang sangat luar biasa. Sebagai momentun untuk silaturahmi dan sekaligus konsolidasi,” ucapnya.
Pertunjukan wayang kulit yang digelar, diharapkan bisa memberikan edukasi sebagai tontonan, tuntunan dan tatanan, sehingga kedepan warga masyarakat semuanya senantiasa mendapatkan karahayon (kebahagiaan) dan kesejukan.
“Semoga bisa menjadi refleksi memaknai kehidupan,” kata Kepala Dinporabudpar Blora Kunto Aji.
Sementara itu Padmasari Mestikajati, S.IP, M.Si., anggota DPRD Jawa Tengah dalam sambutannya mengatakan ikut mangayubagyo terselenggaranya acara tersebut.
“Saya ikut mangayubagyo, senang atas teselenggaranya acara Selasa Kliwonan ini,” kata dia.
Menurutnya, ketika seni budaya semakin banyak dan viral, maka akan semakin berkembang, tetap lestari dari generasi ke generasi.
Bupati Blora H. Arief Rohman, S.IP, M.Si, hadir bersama Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati, ST., MM., ketika Gus Lukman pimpinan Ponpes Az Zuhri Salafiyah Ketileng Semarang, menyampaikan ceramah keagaaman tentang kehidupan.
Bupati dan Wakil Bupati Blora, langsung menyapa dan berjabat tangan dengan tokoh Sedulur Sikep dan beberapa undangan lainnya, lantas menyimak ceramah yang disampaikan Gus Lukman.
Sebelum menyampaikan sambutan, Bupati Blora mempersilahkan salah satu seniornya, yakni anggota DPR RI dari Kabupaten Pati, yakni Riyanta. Hanya singkat yang disampaikan Riyanta, yakni mengatakan bahwa dirinya menggatikan almarhum Imam Suroso. Riyanta juga mengapresiasi terselenggaranya acara yang dilaksanakan di pendopo Sedulur Sikep Karangpace.
Bupati Blora, H. Arief Rohman, S.IP., M.Si, dalam sambutannya menyampaikan bahwa setelah dua tahun tidak menggelar wayangan karena pandemi Covid-19, sekarang karena Covid-19 sudah mereda, maka kegiatan itu bisa diselenggarakan kembali.
“Alhamdulillah, saya diberi kesempatan hadir di acara yang baik ini,” kata Bupati Bupati Blora baru saja tiba bertugas dari Jakarta dan langsung menuju pendopo Sedulur Sikep Karangpace.
Bupati Blora mengatakan, acara yang digelar Sedulur Sikep, adalah melestarikan peninggalan leluhur, kebudayaan dalam rangka Suronan.
“Semoga seduluran (persaudaraan) yang dilaksanakan malam hari ini bisa mempererat tali silaturahim,” ucapnya.
Sedulur Sikep, menurut Bupati Blora, merupakan khasanah yang membuat Blora, InsyaAllah, maju dan berkembang.
“Salah satunya, dari Sedulur Sikep ini. Atas nama pemerintah Kabupaten Blora, saya menyampaikan terimakasih kepada semuanya, yang telah melestarikan peninggalan leluhur,” kata Bupati Blora Arief Rohman.
Dikatakannya, dari pemerintah daerah, memohon terus kerja samanya, bimbingan, khususnya dari Mbah Lasiyo, dalam rangka kita bersama-sama membangun untuk Kabupaten Blora.
“Kami tidak bisa sendiri, dan kami ajak sedulur-sedulur semuanya untuk mensukseskan cita-cita kita, yaitu Blora menjadi Kabupaten yang semakin maju, makmur termasuk dalam rangka pelestarian seni budaya, yang InsyaAllah akan kita dukung,” ungkapnya.
Setelah menyampaikan sambutan, Bupati Blora didampingi Wakil Bupati, tokoh Sedulur Sikep dan anggota DPR dan DPRD, didaulat menyerahkan tokoh wayang Semar kepada Ki Dalang Sindhunata Gesit Widiharto dari Semarang yang membawakan cerita Semar Mbangun Khayangan.
Pertunjukan wayang kulit pun berhasil memikat ratusan penonton hingga akhir cerita. (TIM DINKOMINFO BLORA).