Blora - Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) bekerja sama dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Blora menggiatkan kembali program rutin pagelaran wayang kulit di pendopo rumah dinas Bupati Blora, Jumat (19/8/2022) malam Sabtu Pon.
Ketua PEPADI Blora H. Sukarno menyampaikan, pada pagelaran kali ini ada tiga dalang yang ditampilkan. Yaitu Ki Farel Dwi Nugroho (dalang anak) kelas VII-E SMPN 2 Blora, menampilkan cerita/lakon Gathutkaca Senopati.
Kemudian, dalang muda Ki Mayrico Adam B (mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pedalangan ISI Surakarta), menampilkan lakon Rajamala Suci.
Berikutnya Ki Wiji Madyo Wahyono (77 th) dalang sepuh/senior dari Desa Sambonganyar Kecamatan Ngawen, menampilkan lakon Aji Candha Birawa.
“Jadi Mbah Wiji ini usianya 77 tahun, bertepatan dengan peringatan HUT ke-77 RI,” ucapnya.
H. Sukarno, Ketua PEPADI Blora, menjelaskan, sebelumnya pagelaran wayang kulit rutin setiap malam Jumat Pon, tapi sempat fakum karena pandemi COVID-19.
Seiring surutnya pandemi COVID-19, kemudian oleh Bupati Blora H. Arief Rohman, S.IP., M.Si, diizinkan kembali.
Hanya saja, jika sebelumnya digelar setiap malam Jumat Pon, mulai kali ini digelar setiap malam Sabtu Pon.
"Sehingga sekarang disebut Pagelaran Wayang Kulit Sabtu Ponan. Jadi malam ini diawali. Kebetulan ini bertepatan dengan peringatan HUT ke-77 RI, sekaligus ikut mangayubagya peringatan hari kemerdekaan RI," jelas H. Sukarno.
Kegiatan itu, tambah H. Sukarno, kembali rutin dilaksanakan sebagai upaya pelestarian seni tradisi dan mengembangkan bakat generasi dalang anak dan remaja Blora serta ajang silaturahmi antar dalang di Blora.
"Alhamdulillah, program ini didukung terus oleh Bupati Blora,” katanya.
Bupati Blora H Arief Rohman, S.IP., M.Si, yang hadir langsung menyaksikan, dalam sambutannya menyampaikan pagelaran wayang kulit rutinan setiap sebulan sekali yang dahulu digelar setiap malam Jumat Pon di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, kini bakal dilaksanakan dan digelar kembali.
Hanya, untuk hari pagelaran wayang kulit ada perubahan. Jika semula setiap malam Jumat Pon, pegaleran wayang kulit dengan menampilkan dalang-dalang lokal Blora, akan dihelat setiap malam Sabtu Pon.
“Alhamdulilah pada malam hari ini kita diberi kesehatan, bisa hadir dalam rangka launching (peluncuran) pageleran wayang kulit Sabtu Ponan. Semoga bisa istiqomah,” ucap Bupati Blora.
Bupati H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., mempersilahkan agar Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Blora bisa mengatur jadwal pementasan wayang kulit secara bergilir dengan menampilkan dalang- dalang lokal Blora.
“Lakonnya silahkan, dalangnya tiga mulai dalang anak, dalang muda hingga dalang senior. Ini dalam rangka uri-uri kebudayaan kita, bahwasanya Blora ini potensi wayangnya sangat luar biasa oleh karena itu patut kita apresiasi, tentunya kita lestarikan,” kata Bupati Blora.
Selain di pendopo, kata Bupati Blora, diingingkan pagelaran wayang kulit dilaksanakan di masing-masing-masing eks kawedanan, bahkan kalau bisa dilaksanakan pagelaran wayang kulit di masing-masing kecamatan.
“Dan juga nanti menjelang hari jadi Kabupaten Blora, semoga nanti kita bisa adakan lomba atau festival dalang. Intinya kami snagat mendukung, mengapresiasi, dan monggo menjaga kekompakan, kita terus lestarikan kebudayaan kita,” tambahnya.
Bupati Arief Rohman menyebut dalang anak atau dalang cilik di Blora jumlahnya banyak. Hal itu menendakan bahwa kecintaan terhadap kesenian dan kebudayaan ini sangat luar biasa.
“Kita dari Pemda akan terus mendukung upaya-upaya pelestarian budaya, sekali lagi terimakasih, semoga bermanfaat, mohon doanya bapak ibu semuanya, kita terus berupaya agar pembangunan di Kabupaten Blora ini terus bisa kita laksanakan,” ungkap Bupati Blora.
Khususnya, lanjut Bupati Blora, mohon doanya bahwa pembangunan infrastruktur, pembangunan jalan menjadi prioritas.
“Tahun ini InsyaAllah kita membangun jalan di Blora hampir Rp300 miliar. Semoga bisa kita teruskan. Membangun infrastruktur penting, tapi mebangun kebudayaan juga penting. Oleh karena itu kita akan terus mendukung pelestarian budaya,” tutup Bupati.
Usai menyampaikan sambutan, Bupati Blora Arief Rohman menyerahkan tokoh wayang kepada dalang sepuh (senior) Ki Wiji Madyo Wahyono (77 th).
Sementara itu Kepala Dinporabudpar Drs. Kunto Aji juga menyampaikan apresiasi geliat pewayangan yang nantinya rutin digelar setiap Sabtu Pon.
“Tida hanya sebagai upaya pelestarian seni tradisi, lebih dari itu sebagai salah satu bukti bahwa wayang kulit di Blora makin membumi dan diminati masyarakat sebagai sebuah tontonan, tuntunan dan tatanan,” ungkapnya.
Melalui binaan Dinporabudpar bersinergi dengan PEPADI dan sanggar seni pedalangan di Blora, kata Kunto Aji, telah mengorbitkan generasi dalang yang piawai dan berbakat.
“Selain itu, juga meraih kejuaraan baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Ini menunjukkan bukti bahwa perkembangan wayang kulit di Blora luar biasa. Kami apresiasi PEPADI Blora," tambahnya.
Hal itu, lanjutnya, tidak terlepas dari dukungan Bupati Blora yang memberi kesempatan kepada komunitas seni budaya Blora secara menyeluruh sehingga tetap eksis, diakui serta dimiliki masyarakat.
Peluncuran pertunjukan wayang kulit Sabtu Ponan, dihadiri Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dalang anggota PEPDI Blora dan warga masyarakat.
Sambil lesehan, menikmati suguhan (rowodan) dan kopi, penonton tampak serius menyaksikan pertunjukan wayang kulit hingga selesai. (DINKOMINFO BLORA).