Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Daerah Istimewa Yogyakarta, Wardiyah menyebut kota modern harus ada museum.
“Jadi, kota modern harus ada museum, hanya saja ada beberapa kelas atau tingkatan museum, ” kata Wardiyah saat diundang sebagai narasumber oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Blora dalam acara pelatihan Pra Uji Kompetensi Wartawan (UKW) bagi para anggotanya di ruang pertemuan kuliner Desa Tempuran Kecamatan/Kabupaten Blora, JawaTengah, Senin (15/7/2024).
Dirinya mengapresiasi, peran akfif para penggiat pelestari cagar budaya Blora dan telah adanya Rumah Artefek Blora sebagai rintisan museum Blora untuk menyimpan benda purbakala.
“Saya sudah ke Rumah Artefak Blora, semoga saja segera terwujud museum Blora,” kata dia.
Wardiyah juga mendorong pemerintah desa/kelurahan di Kabupaten Blora untuk berperan aktif merawat dan melestarikan jika di wilayahnya terdapat Objek Diduga Cagar Budaya. Tidak terkecuali peran media.
Untuk diketahui, di Rumah Artefak tersimpan sekitar 200 buah benda cagar budaya dari empat peradaban, mulai masa Prasejarah, masa Klasik Hindu Budha, masa Islam hingga masa Kolonial, yang sehari hari dijaga dan dirawat oleh petugas dari Dinporabudpar Blora.
Selain sebagai tempat penyimpanan artefak, di Rumah Artefak juga melaksanakan kegiatan perawatan dan konservasi benda cagar budaya, yang ditangani oleh para staf seksi sejarah kepurbakalaan, yang telah mendapatkan pelatihan di BPSMP (Balai Pelestarian Situs Manusia Purba) di Sangiran, BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Provinsi Jawa Tengah, dan lain-lain.
Ratusan benda cagar budaya di rumah artefak ini sebagian besar berasal dari hibah oleh masyarakat yang tergabung dalam komunitas FPSBB (Forum Peduli Sejarah Budaya Blora), dari hasil riset oleh BPSMP Sangiran di Blora.
Serta beberapa koleksi pemkab yang berasal dari temuan masyarakat yang diapresiasi dalam bentuk ganti untung.
Koleksi rumah artefak berupa fosil-fosil dari kepala banteng, kepala kerbau, gading gajah purba, peralatan manusia purba, perhiasan bekal kubur Kalang, arca dari masa klasik, peralatan dan berbagai senjata dari masa Islam serta kolonial.
Koleksi itu terus bertambah karena makin kuatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian cagar budaya untuk anak cucu ke depan. Kegiatan konservasi serta perawatan di rumah artefak berjalan terbuka dan masyarakat yang tertarik bisa belajar bersama, bagaimana menangani benda cagar budaya sesuai standart perawatan yang benar. (Tim).