Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Edi Widayat, SPd., M.Kes., M.H., mengungkapkan berdasarkan data terbaru tahun 2024, tercatat ribuan kasus kekurangan gizi dengan berbagai kategori di wilayah kabupaten setempat.
“Mulai dari gizi buruk hingga underweight atau berat badan rendah, yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan gizi yang mendesak,” ungkapnya, saat dihubungi di Blora, Jumat (1/11/2024).
Dengan data itu angka kekurangan gizi di Kabupaten Blora ternyata masih tinggi sehingga kondisi ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora untuk terus memantau dan mencatat perkembangan kasus gizi di Blora.
“Ada beberapa kategori kekurangan gizi yang kami catat, yaitu gizi buruk, gizi kurang, underweight, dan wasting atau kurus,” jelasnya.
Berdasarkan data tersebut, terdapat 48 kasus gizi buruk, 3.571 kasus gizi kurang, 3.619 kasus wasting, dan 6.629 kasus underweight.
Angka tersebut, menurut Edi, mengisyaratkan perlunya peningkatan perhatian terhadap kesehatan gizi masyarakat, khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak yang rentan terkena dampak kekurangan gizi.
“Banyak calon pengantin, remaja, hingga ibu hamil yang belum menyadari pentingnya menjaga kondisi kesehatan gizi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk perkembangan bayi dalam kandungan,” kata Edi.
Selain itu, Edi juga menyoroti pola makan masyarakat yang kurang sehat sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kekurangan gizi.
Menurutnya, banyak warga masih cenderung mengkonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak.
“Kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi makanan sehat masih kurang. Makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak itu mempengaruhi kesehatan bayi di dalam rahim dan gizi tubuhnya,” jelasnya.
Makanan cepat saji dan minuman berkalori tinggi juga disebutkan sebagai faktor yang memperburuk kondisi gizi masyarakat.
Edi menjelaskan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman jenis ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius.
“Salah satu faktor masyarakat mengalami kekurangan gizi itu dengan mengonsumsi makanan minuman cepat saji,” tambahnya.
Dampaknya, kata Edi, dapat berupa risiko penyakit kronis seperti stroke, kanker, diabetes, hingga penyakit jantung.
Dinkes Kabupaten Blora, lanjut Edi, kini terus berupaya memberikan edukasi gizi kepada masyarakat melalui berbagai program penyuluhan, terutama di desa-desa.
“Kami berusaha untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pola makan yang sehat dan gizi seimbang, terutama untuk ibu hamil dan anak-anak,” papar Edi.
Edi berharap dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat, kasus kekurangan gizi di Blora dapat ditekan secara signifikan.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat program kesehatan gizi, termasuk dengan memanfaatkan posyandu di setiap desa agar lebih proaktif dalam memantau dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Kami ingin masyarakat menyadari bahwa kesehatan tubuh dimulai dari asupan gizi yang baik. Harapan kami, angka kekurangan gizi ini dapat ditekan dan masyarakat Blora bisa hidup lebih sehat,” harapnya. (Tim Dinkominfo Blora)