Teatrikal Bumi Manusia yang diperankan sejumlah pelajar SMA Negeri 1 Blora tampil memeriahkan acara Opening Ceremony Festival Indonesiana Cerita dari Blora di Landscape Kunden, Rabu (12/9/2019) malam.
Teater itu kisahnya diambil dari tertralogi karya Pramoedya Ananta Toer. Sejumlah tokoh dalam novel itupun diperankan dengan apik oleh para siswa. Minke dibawakan oleh Idhom Mualam. Sedangkan Annelies oleh Linda Ayu Carolina.
‘’Merupakan suatu kebanggan tersendiri mendapatkan kepercayaan membawakan teater ini di acara Opening Ceremony,’’ ujar Nensi Septiana sutradara teater Bumi Manusia.
Menurutnya, teater itu sudah dipersiapkan sejak dua bulan lalu. Persiapannya pun sempat mendapatkan bimbingan langsung dari Soesilo Toer yang juga adik kandung Pram. Tak mengherankan para siswanya tampil dengan penuh penghayatan di hadapan ribuan warga yang menyaksikan Opening Ceremony.
Mewakili Bupati Blora Djoko Nugroho, Wakil Bupati (Wabup) H Arief Rohman tak ketinggalan pula menampilkan bakat terpendamnya yakni membaca prosa. Di acara pembukaan itu Wabup membacakan prosa berjudul Cerita dari Blora. Dalam sambutannya, Wabup menghendaki Blora sebagai kabupaten seni dan sastra.
‘’Semoga melalui event ini bisa menjadi pendorong munculnya penulis-penulis besar seperti Pram,’’ tandasnya.
Selain teatrikal Bumi Manusia, juga disuguhkan sajian seni pertujukan barongan dari sanggar seni Risang Guntur Seto dan tari kreasi guyub samin dari LKP Merpati.
Festival Indonesiana berlangsung hingga Sabtu (15/9/2018) dengan dimeriahkan sejumlah kegiatan. Meski Opening Ceremony digelar malam hari, namun sejumlah kegiatan Festival Indonesiana Cerita dari Blora sudah dimulai sejak Rabu pagi. Diawali dengan doa dan pemotongan tumpeng di rumah masa kecil Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer di jalan Sumbawa 40 Blora.
Kemudian dilanjutkan pembukaan pameran Memorabilla Pram, talk show Cerita dari Blora dan bedah buku Cerita dari Blora di rumah masa kecil Pram. Sedangkan kemarin acara dilanjutkan dengan kegiatan musikalisasi puisi, pagelaran singiran dan jedoran serta diklat penulisan prosa.
Kemudian 14 September dengan acara diskusi pemajuan seni budaya dan sastra Blora, workshop tayub, workshop wayang krucil, santra lisan kentrung dan geguritan. Adapun pada 15 September digelar kriya cukil 1000 wajah Pram, pagelaran ledek Barangan serta pagelaran seni Barongan serta closing ceremony di alun-alun Blora.
Terpilihnya Blora sebagai tuan rumah festival tingkatan nasional ini karena sosok Pramoedya Ananta Toer yang banyak menginspirasi di kancah nasional maupun internasional.
Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendendikbud Sri Hartini dalam sambutan opening ceremony antara lain mengemukakan bahwa cerita dari Blora bukan untuk Jakarta, bukan untuk Indonesia saja, tetapi Cerita dari Blora harus untuk Dunia.
“Jadi tanggung jawab kita semua. Tiga tahun berturut-turut kita akan mendampingi platform Indonesiana untuk Blora. Semua harus membangun ekosistem. Anak-anak harus dikenalkan sastra,” jelasnya.
Kearifan lokal di Blora, kata Sri Hartini, harus bangga karena ada kearifan lokal sedulur sikep.
Di tempat terpisah, Soesilo Toer menegaskan, untuk mewujudkan Blora sebagai Kota Sastra membutuhkan konsitensi dan kesadaran menyeluruh, baik dari masyarakat, mupun elemen pemerintah. (Dinkominfo Kab. Blora).