Seputar Blora

Sosialisasi Advokasi Peningkatan Cakupan POPM Filariasis


Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora menggelar sosialisasi advokasi Filariasis dalam rangka peningkatan cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis (penyakit kaki gajah) di wilayah kabupaten setempat.

Sosialisasi dibuka oleh Kepala Dinekes Blora Lilik Hernanto, SKM, M.Kes di ruang petemuan Resto Joglo Blora, Kamis (19/9/2019).
Dua narasumber menyampaikan paparan di hadapan puluhan peserta dari perwakila Puskesmas, Organisasi Perangkat daerah Kodim, Polres Blora dan perwakilan masyarakat.

Kedua narasumber, yakni Asmuri, SKM, M.Kes, pengelola program Filariasis Dinkes Provinsi Jawa Tengah dan Sutik, Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit.

Asmuri, menyampikan Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria, yang penularannya dilakukan oleh berbagai jenis nyamuk.

Menurutnya, Eliminasi Filariasis adalah Komitmen Global, sesuai dengan ELIMINASI FILARIASIS, Resolusi WHA 1997 : Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem dan WHO Global Commitment, 2000 : The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the year 2020.

Dua pilar eliminasi Filariasis, yakni memutuskan mata rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di daerah endemis. Sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Obat yang dipakai : DEC (Diethylcarbamazine Citrate) dan Albendazole.

Kemudian, mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus filariasis mandiri melalui cuci bagian tubuh yang bengkak dengan air bersih dan sabun, beri salep antibiotik/antijamur sesuai indikasi, meninggikan bagian yang bengkak, menggerakkan bagian yang bengkak setiap saat dan memakai alas kaki/pakaian yang tidak ketat.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis tujuannnya menurunkan kadar mikrofilaria di dalam darah sehingga tidak lagi terjadi penularan, walaupun POPM filariasis sudah dihentikan.

“Semakin besar proporsi penduduk minum obat, semakin besar peluang untuk memutuskan rantai penularan,” jelasnya.
Sementara itu Sutik, memaparkan, gejala klinis, yakni demam berulang 3-4 hari tanpa sebab. Namun demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat (lelah).

Kemudian pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa luka) di lipatan paha, ketiak tampak kemerahan, panas & sakit Abses (dapat pecah dan bernanah) karena seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening.

“Gejala Akut terlihat jelas, yaitu Elephantiasis (pembesaran tungkai, lengan, buah dada) dan Hidrokel (Pembesaran buah zakar),” terang Sutik.

Dikatakannya, bedasarkan jumlah komulatif 2019 ada sembilan orang penderita filariasis di Kabupaten Blora yang kini ditangani oleh Puskemas Kecamatan.

Yaitu, Kecamatan Kunduran/Sonokidu 3 orang, Kecamatan Randublatung 1 orang, Kecamatan Kradenan 1 orang, Kecamatan Blora 2 orang dan Kecamatan Cepu 2 orang.

Masih menurut Sutik, dijelaskan tidak ada efek samping yang signifikan ketika minumm obat agar terhindar dari penyakit kaki gajah.
“Selama ini tidak ada efek samping yang signifikan setelah minum obat sesuai aturan,” jelasnya. (Dinkominfo Kab. Blora).



    Berita Terbaru

    Longsoran di Desa Brumbung Mulai Ditangani Secara Kolaborasi
    17 Mei 2024 Jam 16:40:00

    Longsoran tanah di RT 05/RW 1 Desa Brumbung Kecamatan Jepon ditangani secara kolaborsi antara...

    Ketua HMI Cabang Blora : Terapkan Proses Demokrasi Secara Selection, Election, dan Legacy
    17 Mei 2024 Jam 16:39:00

    Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bekerja sama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik...

    UDD PMI Blora Kini Punya Gedung Baru Untuk Pusat Pelayanan Kemanusiaan
    16 Mei 2024 Jam 13:44:00

    Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Blora. Ir. Sutikno Slamet menjelaskan sebagaimana...