Blora- Bupati Blora Djoko Nugroho menghadiri acara Advokasi Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting, Rabu ((23/9/2020).
Acara diselenggarakan Dinas Kesehatan di pendopo rumah dinas bupati Blora.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan, dr. Henny Indriyanti,M.Kes dalam laporannya menyampaikan kepada Bupati bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia balita. Yang mana Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten locus stunting di Jawa Tengah.
“Sedangkan menurut data dari Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan di Blora sendiri terdapat 10 (sepuluh) desa lokus stunting yaitu Desa Jetak, Klokah, Adirejo, Patalan, Temurejo, Bangowan, Sumberpitu, Cabean, Getas dan Kapuan,” ucap dr. Henny.
Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 prevalensi balita stunting di Kabupaten Blora menurutnya sebesar 55,1%, kemudian Riskesdas tahun 2018 turun menjadi 32,86%.
Lalu hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017 menunjukkan bahwa balita stunting di wilayah Kab Blora sebesar 34 %. Sedangkan dari hasil penimbangan serentak yang dilakukan oleh Puskesmas se Kabupaten Blora tahun 2017 sebesar 15,5 % turun menjadi 8,3 % di tahun 2018 dan turun menjadi 8.2 % di tahun 2019.
“Kunci keberhasilan pencegahan stunting terletak pada perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak. Sesuai dengan strategi nasional pencegahan stunting ada 5 (lima) pilar percepatan pencegahan stunting yaitu Komitmen dan visi kepemimpinan; Kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku; Konvergensi, Koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah, dan Desa; Gizi dan ketahanan pangan; serta Pemantauan dan evaluasi,” terangnya.
Masih menurut dr. Henny, strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Pencegahan stunting bertujuan untuk pertama meningkatan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku kunci yang berpengaruh pada faktor risiko stunting, melalui strategi komunikasi perubahan perilaku dan kedua diterbitkannya regulasi/kebijakan di tingkat Kabupaten terkait komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan stunting diikuti regulasi/kebijakan ditingkat Kecamatan.
Dalam acara yang dihadiri para OPD terkait, Camat dan Kepala Puskesmas ini, Bupati menekankan pentingnya pencegahan stunting agar tetap dilakukan meskipun saat ini di Blora sedang mengalami pandemi Covid-19.
“Bangsa kita saat ini sedang mengalami betapa susahnya situasi kondisi pandemi, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai P. Rote banyak yang berteriak-teriak agar Pilkada serentak ditunda. Semakin ditunda pemerintah semakin susah, karena harus diisi oleh Plt yang terbatas kewenangannya. Mau sampai kapan ditunda? Corona mau berakhir kapan juga tidak ada yang tahu. Dan, ada pula yang berpendapat untuk tetap dijalankan. Semuanya mempunyai alasan dan pendapat yang masuk akal ditengah pandemi ini. Betapa luar biasa nya bangsa kita. Jadi apapun keputusan pemerintah harus kita dukung,” ungkap Bupati.
Sementara itu, menurut Bupati situasi kondisi di Kabupaten Blora juga sama susahnya seperti kekeringan, Pilkada, dan Covid-19. Menurutnya ini merupakan kompleksitas yang sungguh luar biasa.
“Jangan dianggap enteng kondisi ini. Namun ada yang aneh antara perilaku dengan ketakutan, masyarakat kita itu aneh. Mereka begitu cuek tapi begitu ada tetangga atau kerabat yang kena mereka menjadi panik bahkan nyatru, dikucilkan. Covid itu ada dan nyata. Di Blora sudah 26 yang jadi korban,” tegas Bupati.
“Dalam keadaan normal saja, Blora yang stunting banyak. Apalagi pandemic seperti ini. Kemarin OPD-OPD fokus dalam penanganan Covid, dan dalam keadaan normal saja, yang nikah dibawah umur juga banyak, alasannya beraneka ragam, inilah yang bisa memicu terjadinya stunting. Kita harus bisa merumuskan cara jitu untuk berkomunikasi dengan masyarakat,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut juga hadir Rita Ultrajani, SKM,M.Kes , Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai narasumber acara. (Dinkominfo Kab. Blora/Tim Prokompim Blora).