Bulan Suro adalah waktu yang tepat bagi Mulyono (59) warga Desa Todanan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di bulan Suro inilah, Mulyono berkeliling menjual jasa mencuci keris dan benda pusaka lain. Ia mangkal dari tempat satu ke tempat lainnya hingga beberapa hari.
Sabtu (7/10/2017), Mulyono mangkal di trotoar eks stasiun kereta api Blora. Sejumlah benda pusaka sudah diantrikan oleh pemiliknya untuk dicuci.
Dengan penampilan mengenakan blangkon dan kemaja adat Jawa, Mulyono menjadi perhatian warga yang melintas. Ia pun menjadi tontonan warga ketika menunjukkan kebolehannya mendirikan keris.
“Sudah beberapa hari ini, saya di sini. Sudah beberapa jenis keris dan benda pusaka yang saya cuci dan bersihkan. Bahkan sebagian milik orang yang sudah menjadi langganan saya. Ya, alhamdulillah, bulan Suro mendatangkan rejeki untuk saya,” kata Mulyono yang mengaku sudah mulai belajar mencuci keris sejak umur 10 tahun.
Aneka benda pusaka yang dicuci, selain keris, ada juga mata tombak, pedang dan golok yang usianya sudah puluhan tahun dan dianggap pusaka oleh pemiliknya.
Untuk mencuci sebilah keris, tampaknya cukup mudah. Bilah keris disikat menggunakan cairan jeruk nipis, sabun colek dan lerak. Setelah dibilas dengan air bersih, selanjutnya bilah keris dijemur hingga kering. Pada tahap akhir, bilah keris direndam dengan larutan khusus untuk memunculkan pamor keris.
“Untuk ongkosnya tergantung ukuran bilah keris dan jenis benda pusaka lainnya. Hanya saja cukup terjangkau. Tarif saya untuk sekali cuci benda pusaka antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, setiap hari di bulan Suro, rata-rata mencuci 10 benda pusaka. Beberapa orang mencucikan benda pusaka miliknya lebih dari satu jenis.
“Benda pusaka yang dimiliki pelanggan saya tidak hanya satu jenis saja. Seorang kadang membawa lebih dari satu benda pusaka. Rata-rata peninggalan para leluhur terdahulu,” pungkasnya. (Dinkominfo Kab. Blora/tg).