Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cepu Blora, Alam Iswahyudi mengatakan, pandemi ini sangat berpengaruh terhadap bisnis perhotelan. Rata-rata okupansi (hunian) pada kisaran 10 persen.
Kebijakan adaptasi kebiasaan baru dari pemerintah rupanya masih belum bisa mendongkrak okupansi secara signifikan. Bahkan beberapa hotel yang harus tutup sementara.
Alam menyebut di Cepu ada tiga hotel yang terpaksa tutup sementara, karena tidak ada reservasi.
"Ada tiga hotel berbintang yang terpaksa tutup sementara. Kemudian hotel yang kecil-kecil sudah lama karena dampak (pandemi) luar biasa," kata Alam, di Cepu kemarin.
Ia membandingkan, okupansi sebelum pandemi bisa sampai 70 persen.Saat pandemi mengakibatkan perhotelan benar-benar terpuruk.
Meskipun belakangan ini terdapat instruksi adaptasi kebiasaan baru yang diikuti oleh setiap hotel yang ada di Cepu, namun masih belum bisa mendongkrak okupansi.
"Kebijakan itu (adaptasi kebiasaan baru) sudah kami laksanakan sejak November 2020. Kebetulan juga hotel saya (Ammi Cepu) sudah mendapatkan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability)," terangnya.
Menurut dia, semua hotel sudah menerapkan untuk new normal begitu ada anjuran pemerintah pusat kami sudah menjalankan. Semua fasilitas kami lengkapi dengan tempat cuci tangan dan hand sanitizer.
Konkretnya, katanya, sekarang sehari bisa laku lima sampai 10 kamar yang dipesan saja sudah bagus. Tentu ini berbanding terbalik saat sebelum pandemi, sehari mampu 40 kamar dipesan. Bahkan ketika ada even, bisa sampai penuh.
Dijelaskannya, di Cepu ada sekitar 25 hotel dari bintang lima sampai melati. Hotel-hotel di Cepu umumnya melayani tamu pemerintahan maupun sektor migas.
Saat ini masing-masing manajemen tengah memutar otak agar hotel tetap eksis. Di sisi lain, mereka juga optimistis lantaran vaksinasi telah berlangsung.
"Insyaallah setelah pandemi berakhir kita tetap optimistis. Kan sudah ada vaksin juga," tambahnya. (Tim Dinkominfo Blora/Ft : dok).