Di tengah pandemi COVID-19 pemerintah telah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh dan daring untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang menurun semenjak merabaknya virus COVID-19 di Indonesia.
Para pendidik harus memutar otak untuk mengubah model pembelajaran yang semula tatap muka (luring) ke dalam platform jaringan (daring).
Pemerintah juga mulai memperkenalkan beberapa platform belajar online dengan tujuan untuk mempermudah proses pembelajaran selama di rumah.
Namun pendidik perlu waktu untuk mempelajari sistem belajar melalui platform belajar daring tersebut.
Apalagi melihat keadaan orang tua peserta didik dengan berbagai latar belakangnya.
Disinilah permasalahannya, pendidik tidak ada waktu lagi untuk mempelajari semuanya bersama-sama.
Maka pendidik harus bisa menggunakan media yang familiar digunakan peserta didik.
Harapannya tidak mempersulit untuk peserta didik dalam penggunaan media tersebut.
Salah satunya yaitu aplikasi chat. Aplikasi chat disini banyak jenisnya yaitu Line, telegram, facebook messeger, whatsApp, wechat, istagram, signal, skype dan masih banyak lagi.
Dari jenis aplikasi tersebut yang sering digunakan oleh orangtua peserta didik dan cara pengoperasian atau menggunakannya mudah adalah whatsApp.
WhatsApp merupakan aplikasi yang tren dikalangan orangtua dan peserta didik yang mempunyai gawai atau ponsel pintar yang dapat digunakan untuk media pembelajaran.
Penggunaan aplikasi WhatsApp sebagai media belajar sebenarnya banyak terjadi di tingkat sekolah dasar.
Namun dalam kondisi sekolah tertentu, misalnya, SMP dan SMA/SMK yang terletak di daerah perdesaan, khususnya peserta didik dari latar belakang kurang mampu tentunya menjadi suatu pertimbangan untuk menggunakan platform selain WhatsApp.
Adapun pembelajaran dengan menggunakan aplikasi WhatsApp dapat tercapai apabila dalam mengajarnya menggunakan beberapa strategi yang didalamnya mencakup model pembelajaran.
Jadi intinya kita sebagai pendidik harus bijak dalam menentukan platform yang tepat yang akan digunakan.
Melihat keadaan dari peserta didik yang bersangkutan. Pendidik tidak dapat memaksakan peserta didik untuk menggunakan platform yang lagi tren atau viral saat ini.
Kita tidak bisa membandingkan antara sekolah didaerah perdesaaan dengan sekolah yang terletak di perkotaan atau dengan peserta didik dari keluarga yang mampu.
Kita harus ingat tujuan awal dari penggunaan platform ini apa ?
Yang jelas kita sebagai pendidik menginginkan kemudahan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan peserta didik tetap bersemangat belajar dari rumah sehingga tetap bisa berkreasi, berinovasi tanpa harus memikirkan, atau belajar lagi menggunakan platform yang baru.
Walaupun tidak dapat dipungkiri juga bahwa peserta didik butuh pengetahuan teknologi yang baru. (Penulis : Dhanny Anggia Puspita,
SMK Muhamamdiyah Kunduran / Tim).