Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi pangan guna secara mandiri memenuhi kebutuhan dalam negeri, menguatkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan petani itu sendiri.
Namun demikian upaya ini akan jalan ditempat kalau dengan terobosan yang biasa-biasa saja, sehingga perlu pendekatan dengan cara baru atau inovasi yang tidak lagi mengandalkan pupuk kimia.
Berangkat dari hal tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan bimbingan teknis (Bimtek) kepada para petani dalam mengelola lahan pertanian dengan Teknik Biosaka dan Tanpa Pupuk Kimia.
Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bio-technology (biologi-teknolgi).
Melalui Direktur Jenderal Kementerian pertanian Republik Indonesia menggelar pencanangan Demplot uji bahan alami, di Desa Getas Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
Dalam kegiatan ini di hadiri oleh dirjen tanaman pangan kementerian pertanian Dr Ir suwandi M Si, Prof. Dr. Robert Manurung dari ITB, Prof. Dr. Iswandi Anas Chaniago dari IPB, Dr. Atris Suyantohadi, S.TP, MT dari UGM,Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, serta para petani dari desa Getas.
Bupati Arief mengucapkan terimakasih kepada Kementerian RI , khususnya kepada Dirjen Tanaman Pangan, para akademisi, Kepala Dispertapa Kabupaten Blitar , yang sudah bersedia hadiri untuk berbagi ilmu dengan para petani di Getas.
"Saya berharap dengan adanya kegiatan ini nantinya biosaka dapat dikembangkan di seluruh wilayah Kabupaten Blora untuk memajukan sektor pertanian," kata Bupati, Jumat (27/05/2022).
Bupati menjelaskan saat ini ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi kimia menjadi persoalan tersendiri dalam pembangunan pertanian.
Terlebih lanjut Bupati ketika alokasi pupuk subsidi tersebut tak sesuai dengan permintaan petani . Akibatnya gejolak kelangkaan pupuk pun terjadi.
"Dari permasalahan hal tersebut pemerintah terus mendorong petani agar tak lagi tergantung dengan pupuk kimia bersubsidi dan bisa mandiri dalam penyediaan pupuk," imbuhnya.
Untuk itu, lanjut Bupati perlu ada pendekatan dengan cara baru atau inovasi yang tidak lagi mengandalkan pupuk kimia . Salah satu inovasi yang bisa dikembangkan petani adalah teknik biosaka.
"Dari Biosaka ini nantinya diharapkan bisa menekan biaya produksi dan semoga segera dapat diterapkan pada semua komoditas pertanian dan meningkatkan hasil produksi," harap Bupati.
Bupati menjelasakan dari data yang ada, Kabupaten Blora pada tahun 2021 memiliki luas panen sawah sejumlah 83.652,6 Ha dengan produksi padi sebesar 536.140,96 ton . Kemudian luas panen tegal sebesar 18.235 Ha dengan produksi padi sejumlah 97.311,92 ton . Hal tersebut membuat Kabupaten Blora menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Tengah.
"Dari jumlah tersebut kami menyatakan siap melaksanakan program dari Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI berupa Kegiatan Demplot Uji Bahan Alami ( Biosaka ) terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan ( OPT ) Padi . Kami juga akan mengawal dan mendukung agar pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Blora menjadi lebih maju , mandiri dan modern," tuturnya.
Pada kesempatan ini, Bupati yang akrab disama Gus Bupati ini meminta agar para petani , di Getas pada khususnya, bisa untuk mempelajari dan mencoba biosaka ini.
"Jika demplot ini berhasil, saya yakin petani - petani di daerah lain juga akan menggunakan metode yang sama juga," pungkasnya.
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Dr Ir suwandi M Si, mengatakan, kegiatan Demplot Uji Bahan Alami Biosaka ini untuk di Jawa Tengah pertama kali dan diadakan Blora.
"Semoga dari blora ini nanti bisa menjadikan contoh buat daerah daerah lain baik di Jawa Tengah maupun di tingkat nasional," ucapnya.
Suwandi meminta Jajaran Kementan harus terus bersinergi dengan dinas provinsi dan pemerintah daerah untuk turut serta mengawal dan mendukung agar pembangunan sektor pertanian lebih maju, mandiri dan modern dalam menerapkan pertanian ramah lingkungan yang tahan dalam perubahan iklim yang tidak menentu.
"Ini saya bawa para ahli dari IPB, ITB, UGM juga nah dari semua ini bapak bapak jangan ragu untuk bertanya, sehingga ilmu yang didapat nantinya bisa benar benar bermanfaat, " imbuhnya.
Dalam percontohan ini, Suwandi menjelaskan perlu adanya uji coba secara terus menerus, karena beda daerah tentu beda cara, sehingga perlu hati-hati dalam penerapannya.
"Semoga dengan cara ini, blora bisa naik kelas dengan cara ini, tadi pak bupati juga bilang kalau berhasil di getas ini nantinya akan di perluas di daerah lain. Oleh karena itu para petani nanti bisa memperhatikan dengan sungguh-sungguh, dan perlu inovasi inovasi baik dari penyuluh hingga petani sehingga mendapatkan hasil lebih baik lagi," harapnya.
Usai pembukaan bimtek, dilanjutkan pelatihan cara membuat bahan alami pengganti pupuk kimia. (Tim Dinkominfo Blora/Prokompim).