Berawal dari ketersediaan bahan baku yang ada dan ramah lingkungan di Desa Kedungrejo dan Tunjungan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengenalkan pembuatan arang briket dari limbah bonggol jagung.
Terobosan inovatif dan mengedukasi masyarakarat setempat dibuktikan dalam klaster lokakarya pada rangkaian acara Festival Desa Wisata Kabupaten Blora 2023 di Kampung Durian Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Minggu (6/8/2023).
Ia adalah Muhammad Najmi Mumbada, mahasiswa Teknologi Industri Pertanian UGM, yang menginisiasi pembuatan arang briket dari limbah bonggol jagung.
“Arang briket adalah jenis bahan bakar padat yang dibuat dengan proses pemadatan dan pengikatan bahan-bahan organik seperti serbuk kayu, serbuk arang, tempurung kelapa, limbah pertanian atau bahan biomasa lainnya,” jelasnya.
Langkah pembutan arang briket dari limbah bonggol jagung, menurut Muhammad Najmi Mumbada. Pertama, jemur bonggol jagung hingga kering. Kedua, hancurkan bonggol jagung yang sudah kering menjadi ukuran kecil agar proses pembakaran lebih cepat.
Ketiga, bakar bonggol jagung menggunakan tong pembakaran hingga menjadi arang. Keempat, hancurkan arang hingga menjadi serbuk.
“Kemudian, kelima, pisahkan antara serbuk halus dan serbuk kasar dengan ayakan,” jelasnya.
Selanjutnya, langkah keenam, takar serbuk arang dan tepung kanji dengan perbandingan 9:1. Ketujuh, panaskan tepung kanji yang dicampur dengan air menggunakan api sedang hingga mengental.
Kedelapan, campurkan tepung kanji yang sudah mengental dengan serbuk arang. Kesembilan, cetak adonan arang sambil ditekan agar adonan menjadi padat. Kesepuluh, jemur arang briket hingga kering.
“Jadi berbahan baku daur ulang sehingga ramah lingkungan. Nilai jual lebih tinggi dibandingkan arang biasa, sehingga prospektif untuk dikembangkan,” terangnya.
Selain itu lebih mudah menyala karena kandungan air rendah. Menghasilkan panas yang tinggi dan pembakaran lebih efisien. Tahan lama dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama.
“Sedikit asap dan bau sehingga lebih ramah lingkungan dan nyaman digunakan. Abu yang dihasilkan setelah pembakaran lebih sedikit,” tambahnya.
Langkah inovatif itu menarik perhatian Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati, ST., MM yang hadir di acara itu bersama Forkopimda Blora serta Forkopimcam Tunjungan, kemudian berbincang dan memberikan apresiasi kepada mahasiswa UGM. (Dinkominfo Blora).