Rebana, alat musik perkusi yang telah menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi Islam di Indonesia, memiliki tempat khusus di hati para santri. Di banyak pesantren di seluruh negeri, bermain rebana bukan hanya dianggap sebagai kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga sebagai bagian dari pendidikan spiritual dan budaya.
Salah satu santri dari pondok pesantren Khozinanatul ulum An nawa Blora, Muhammad Nur Abid mengungkapkan awal mula dirinya tertarik dengan rebana.
“Sebelum dulu menekuni dunia Hadroh, tidak ada sama sekali ketertarikan dirinya di rebbana, tapi seiring berjalannya waktu dan kenal dengan rebana akhirnya tertarik untuk menekuni rebana dan sering ikut performa di berbagai acara sampai saat ini,” ujarnya, Minggu (21/1/2024).
Seringkali juga Abid dan teman santri lainnya menghabiskan waktu mereka berlatih rebana, menunjukkan dedikasi dan disiplin yang luar biasa. Mereka berlatih dengan penuh semangat dan antusias, mengisi pesantren dengan irama dan melodinya yang merdu.
“Bermain rebana bagi kami bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang kebersamaan dan tradisi. Kami belajar banyak tentang kerja sama tim, disiplin, dan juga tentang warisan budaya kami,” ucapnya.
Bermain rebana juga menjadi cara bagi para santri untuk merayakan dan memperdalam iman mereka. Melalui rebana, mereka dapat mengungkapkan cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara yang unik dan penuh makna.
Rebana bukan hanya alat musik, tetapi juga simbol dari komunitas, tradisi, dan iman. Bermain rebana juga bisa memberi tahu bagaimana musik dan iman dapat bergabung menjadi satu, membentuk suatu keindahan yang melampaui batas dan membawa kita semua lebih dekat satu sama lain. (Tim).