Rencana Pemkab Blora untuk melaksanakan pembangunan dan penataan kawasan Masjid Agung Baitunnur semakin dimatangkan. Setelah tahun lalu menggelar lomba desain masjid untuk umum, kini 3 karya desain terbaik hasil lomba itu mulai dikonsultasikan kepada publik di hadapan tokoh agama, alim ulama, anggota DPRD dan perwakilan ormas Islam.
Berlangsung di ruang rapat Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Selasa (11/7). Konsultasi publik tentang rencana pembangunan masjid tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Bappeda Ir. Sutikno Slamet dan dihadiri oleh Bupati H. Djoko Nugroho dan Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si.
“Konsultasi publik ini kami laksanakan agar bisa mendapatkan masukan, kritik dan saran untuk penyempurnaan desain masjid yang akan dibangun dengan tetap mempertahankan bentuk bangunan masjid utama,” ujarnya.
Konsultasi diawali dengan pemaparan 3 desain terbaik karya Moh. Wafiyul Marom, Samsudin, dan Muhammad Afandi asal Desa Babak Tulung, Kabupaten Rembang yang meraih juara pertama, lalu desain milik Jovi Permata Anggriawan asal Jl. Cendana No. 11 B Kaliwangan, Mlangsen, Blora sebagai juara kedua dan juara ketiga desain Adi Jafar asal perumahan Sekar gading blok C4a Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Semarang.
Wafiyul mengusung modernisasi serambi masjid dengan dua lantai, namun tetap mempertahankan bentuk atap sirap. Bangunan masjid utama tetap dipertahankan dilengkapi dengan menara baru setinggi 35 meter. Sedangkan di belakang masjid terdapat tempat parkir, ruang tamu, ruang remaja masjid, perpustakaan hingga taman bermain anak. Ia juga merancang monumen asmaul husna yang dihiasi aneka lampu sebagai salah satu landmark Masjid Agung Baitunnur Blora selain menara.
Sedangkan desain Jovi dibuat Masjid Agung Baitunnur Blora dengan dua bangunan serambi utama yakni serambi kanan dan kiri. Dua menara tinggi di depan majid juga menjadi keunggulannya.
Adi Jafar mengusung desain dengan konsep ramah lingkungan yang dilengkapi dengan taman diagonal. Bangunan masjid utama juga tampak gagah, karena serambi masjid dibuat terbuka. Kelemahannya, jika hujan maka serambi masjid tidak bisa digunakan untuk sholat berjamaah.
Dari pemaparan itu, nampaknya Bupati masih gamang dalam menetapkan mana yang akan dilaksanakan. Ia berharap ketiga desain itu bisa diambil sisi positifnya untuk dikolaborasikan menjadi satu. Ia ingin tanah dua TK yang ada di belakang masjid bisa ikut digunakan untuk perluasan masjid.
“Dua sekolah TK yang ada di belakang masjid akan dipindahkan, lahannya harus bisa dimaksimalkan untuk perluasan masjid,” ucap Bupati.
Masukan demi masukan berdatangan dari Kepala Takmir Masjid Agung Baitunnur Blora H.Abdul Ghoni, Asisten Pembangunan dan Kesra Slamet Pamudji SH. M.Hum, Kepala Dinas Perumahan Pemukiman Perhubungan Ir. Samsul Arief, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Ir. Samgautama Karnajaya MT, serta perwakilan Kemenag.
Menurutnya, tujuan utama pembangunan masjid adalah meningkatkan nilai kebermanfaatannya dari sisi peningkatan daya tampung jamaah. Mengingat setiap pelaksanaan sholat jumat dan acara besar lainnya, jamaah selalu meluber hingga ke Alun-alun dan sekitarnya.
Ia memerintahkan Bappeda dan OPD terkait untuk membuat desain kolaborasi dengan tetap mempertahankan bentuk masjid utama beserta RAB nya untuk bahan pertemuan selanjutnya. (Dinkominfo Kab. Blora)